Vrydag 22 November 2013

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah- NYA sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Penyusun juga panjatkan kehadiran ALLAH SWT, karena hanya dengan kerido’an-NYA Makalah dengan judul "KEBIJAKAN FISKAL, MONETER DAN INTERNASIONAL” ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari betul sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah ini tidak akan terwujud dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis berharap saran dan kritik demi perbaikan-perbaikan lebih lanjut Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkan. Kendari, 19 November 2013 Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penbahasan BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Kebijakan Fiskal B. Definisi Kebijakan Moneter C. Definifi Kebijakan Internasional BAB III PENUTUP A. Simpulan DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh dalam kegiatan perekonomian. Masing-masing variabel kebijakan tersebut, kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax) dan pengeluaran pemerintah (goverment expenditure). Sedangkan variabel utama dalam kebijakan moneter, yaitu GDP, inflasi, kurs, dan suku bunga. Berbicara tentang kebijakan fiskal dan kebijakan moneter berkaitan erat dengan kegiatan perekonomian empat sektor, dimana sector-sektor tersebut diantaranya sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor dunia internasional/luar negeri. Ke-empat sektor ini memiliki hubungan interaksi masing-masing dalam menciptakan pendapatan dan pengeluaran. Krisis global saat ini jauh lebih parah dari perkiraan semula dan suasana ketidakpastiannya sangat tinggi. Kepercayaan masyarakat dunia terhadap perekonomian menurun tajam. Akibatnya, gambaran ekonomi dunia terlihat makin suram dari hari ke hari walaupun semua bank sentral sudah menurunkan suku bunga sampai tingkat yang terendah. Tingkat bunga yang sedemikian rendahnya itu justru menyebabkan ruang untuk melakukan kebijakan moneter menjadi terbatas, sehingga pilihan yang tersedia hanya pada kebijakan fiscal. Menurut Mohamad Ikhsan, (http://majalah.tempointeraktif.com) negara-negara yang tergabung dalam G-20 dalam komunike bersamanya baru ini-ini sepakat mendorong lebih cepat ekspansi kebijakan fiskal minimal 2 persen dari produk domestik bruto untuk memulihkan perekonomian dunia. Meskipun secara teoretis kebijakan fiskal dapat berfungsi sebagai stimulus perekonomian, dalam pelaksanaannya sering kali terdapat hambatan. Hambatan ini dirasakan terutama di negara berkembang. B. Rumusan masalah Dari latar belakang di atas dapat di buat beberapa rumusan masalah yaitu antar lain: 1. Definisi kebijakan fiskal (fiskal policy) 2. Definisi kebijakan moneter 3. Definisi kebijakan internasional 4. Hubungan antara kebijakan fiskal dan moneter C. Tujuan Pembahasan 1. Agar lebih memahami definisi dari kebijakan fiskal 2. Agar lebih memahami tentang kebijakan moneter 3. Serta mempermudah pembaca memahami hubungan kebijakan fiskal dan moneter BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy) Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan. Atau dengan kata lain, Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Pada sektor rumah tangga (RTK), dimana rumah tangga melakukan pembelian barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan untuk konsumsi daan mendapatkan pendapatan berupa gaji, upah, sewa, dividen, bunga, dll dari perusahaan. kegiatan ekonomi dengan Pemerintah adalah rumah tangga menyetorkan sejumah uang sebagai pajak dan menerima penerimaan berupa gaji, bunga, penghasilan non balas jasa, dll. Sedangkan dengan Dunia Internasional adalah rumah tangga mengimpor barang dan jasa dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pada sektor perusahaan, kegiatan ekonomi memiliki hubungan dengan rumah tangga yaitu perusahaan menghasilkan produk-produk barupa barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat dan memberikan penghasilah dan keuntungan kepada rumah tangga barupa gaji, deviden, sewa, upah, bunga. Sedangkan hubungan dengan Pemerintah, perusahaan akan membayar pajak kepada pemerintah dan menjual produk dan jasa kepada pemerintah. Sedangkan hubungan dengan Dunia Internasional, perusahaan melakukan impor atas produk barang maupun jasa dari luar negri. Pada sektor pemerintah, kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan RumahTangga dimana pemerintah menerima setoran pajak rumah tangga untuk kebutuhan operasional, pembangunan. Dan untuk hubungan dengan Perusahaan, pemerintah mendapatkan penerimaan pajak dari pengusaha dan pemerintah membeli produk dari perusahaan berdasarkan dana anggaran belanja yang ada. Pada sektor Dunia Internasional / Luar Negeri, dimana Hubungan dengan RumahTangga adalah dunia internasional menyediakan barang dan jasa untuk kepentingan rumah tangga. dan untuk Hubungan dengan Perusahaan, dunia internasional mengekspor produknya kepada bisnis-bisnis perusahaan. Negara Indonesia yang sedang dilanda krisis ekonomi yang berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu. Dimana Tingginya tingkat krisis yang dialami negeri kita ini diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup tinggi. Sebagai dampak atas inflasi, terjadi penurunan tabungan, berkurangnya investasi, semakin banyak modal yang dilarikan ke luar negeri, serta terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Kondisi seperti ini tak bisa dibiarkan untuk terus berlanjut dan memaksa pemerintah untuk menentukan suatu kebijakan dalam mengatasinya. Kebijakan moneter dengan menerapkan target inflasi yang diambil oleh pemerintah mencerminkan arah ke sistem pasar. Artinya, orientasi pemerintah dalam mengelola perekonomian telah bergeser ke arah makin kecilnya peran pemerintah. Kondisi ekonomi negara Indonesia pada masa orde baru sudah pernah memanas. Pada saat itu pemerintah melakukan kebijakan moneter berupa contractionary monetary policy dan vice versa. Kebijakan tersebut cukup efektif dalam menjaga stabilisasi ekonomi dan ongkos yang harus dibayar relatif murah. Kebijakan moneter yang ditempuh saat ini berupa open market operation memerlukan ongkos yang mahal. Kondisi ini diperparah dengan adanya kendala yang lebih besar, yaitu pengaruh pasar keuangan internasional. Pengaruh krisis ekonomi pada kebijakan fiskal, dimana Berdasarkan AD/ART pemerintah negara Indonesia, sebagaimana yang dipublikasikan oleh BI, untuk semester pertama tahun anggaran 2000 terlihat bahwa telah terjadi defisit anggaran yang disebabkan oleh peningkatan pengeluaran untuk subsidi dan pembayaran bunga hutang. Meski sebenarnya terjadi peningkatan penerimaan, namun ternyata besarnya peningkatan penerimaan masih jauh lebih rendah dibanding peningkatan pengeluaran. Dominasi kebijakan moneter dibanding kebijakan fiskal dan deregulasi sektor riil menyebabkan terjadinya kebijakan makro ekonomi yang tidak seimbang. Dari semua unsur APBN hanya pembelanjaan Negara atau pengeluaran dan Negara dan pajak yang dapat diatur oleh pemerintah dengan kebijakan fiscal. Contoh kebijakan fiscal adalah apabila perekonomian nasional mengalami inflasi,pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran. Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum. Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran : 1. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif. 2. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan. 3. Anggaran Berimbang (Balanced Budget) Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin. Tujuan kebijakan fiscal adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini dilakukan dengan jalan memperbesar dan memperkecil pengeluaran komsumsi pemerintah (G), jumlah transfer pemerntah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatn nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N). B. Definisi Kebijakan Moneter (monetary policy) Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan. Dengan kata lain,Kebijakan moneter adalah proses di mana pemerintah, bank sentral, atau otoritas moneter suatu negara kontrol suplai (i) uang, (ii) ketersediaan uang, dan (iii) biaya uang atau suku bunga untuk mencapai menetapkan tujuan berorientasi pada pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Kebijakan Moneter bertumpu pada hubungan antara tingkat bunga dalam suatu perekonomian, yaitu harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan pasokan total uang. Kebijakan moneter menggunakan berbagai alat untuk mengontrol salah satu atau kedua, untuk mempengaruhi hasil seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar dengan mata uang lainnya dan pengangguran. Dimana mata uang adalah di bawah monopoli penerbitan, atau dimana ada sistem diatur menerbitkan mata uang melalui bank-bank yang terkait dengan bank sentral, otoritas moneter memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah uang beredar dan dengan demikian mempengaruhi tingkat suku bunga (untuk mencapai kebijakan gol). Adalah penting bagi para pembuat kebijakan untuk membuat pengumuman kredibel. Jika agen-agen swasta ( konsumen dan perusahaan ) percaya bahwa para pembuat kebijakan berkomitmen untuk menurunkan inflasi , mereka akan mengantisipasi harga di masa depan lebih rendah daripada yang (bagaimana ekspektasi yang terbentuk adalah hal yang sama sekali berbeda, misalnya membandingkan ekspektasi rasional dengan ekspektasi adaptif ). Jika seorang karyawan berharap harga akan tinggi di masa depan, ia akan membuat kontrak upah dengan upah yang tinggi untuk mencocokkan harga-harga. Oleh karena itu, harapan upah yang lebih rendah tercermin dalam perilaku penetapan upah antara karyawan dan majikan (upah lebih rendah karena harga diharapkan lebih rendah) dan karena upah tersebut sebenarnya lebih rendah tidak ada demand pull inflasi karena karyawan menerima upah lebih kecil dan tidak ada biaya tekanan inflasi karena majikan membayar kurang dari upah. Untuk mencapai tingkat inflasi rendah, pembuat kebijakan harus memiliki pengumuman kredibel, yaitu agen-agen swasta harus percaya bahwa pengumuman ini akan mencerminkan kebijakan masa depan yang sebenarnya. Jika pengumuman tentang target inflasi yang rendah tingkat dibuat tetapi tidak diyakini oleh agen-agen swasta, penetapan upah akan mengantisipasi tingkat inflasi yang tinggi dan upah akan semakin tinggi dan inflasi akan meningkat. Sebuah upah yang tinggi akan meningkatkan permintaan konsumen ( demand pull inflation ) dan biaya sebuah perusahaan ( cost push inflation ), sehingga inflasi meningkat. Oleh karena itu, jika pengumuman seorang pembuat kebijakan tentang kebijakan moneter yang tidak dapat dipercaya, kebijakan tidak akan memiliki efek yang diinginkan. Jika pembuat kebijakan percaya bahwa agen-agen swasta mengantisipasi inflasi yang rendah, mereka memiliki insentif untuk mengadopsi kebijakan moneter ekspansionis (dimana manfaat marjinal meningkatkan output ekonomi melampaui biaya marjinal inflasi), namun, dengan asumsi agen-agen swasta memiliki ekspektasi rasional , mereka tahu bahwa para pembuat kebijakan memiliki insentif ini. Oleh karena itu, agen-agen swasta tahu bahwa jika mereka mengantisipasi inflasi yang rendah, kebijakan ekspansionis akan diadopsi yang menyebabkan peningkatan inflasi. Akibatnya, (kecuali para pembuat kebijakan dapat membuat pengumuman inflasi yang rendah mereka kredibel), agen-agen swasta mengharapkan inflasi yang tinggi. antisipasi ini dipenuhi melalui harapan adaptif (perilaku upah-setting), maka, ada inflasi yang lebih tinggi (tanpa manfaat produksi meningkat). Oleh karena itu, kecuali pengumuman kredibel dapat dibuat, kebijakan moneter yang ekspansif akan gagal. Pengumuman dapat dilakukan kredibel dalam berbagai cara. Salah satunya adalah untuk mendirikan bank sentral yang independen dengan target inflasi yang rendah (tapi tidak ada target output). Oleh karena itu, agen-agen swasta tahu bahwa inflasi akan rendah karena sudah diatur oleh badan independen. Bank-bank sentral dapat diberikan insentif untuk memenuhi target (misalnya, anggaran yang lebih besar, bonus upah untuk kepala bank) untuk meningkatkan reputasi dan sinyal komitmen yang kuat untuk tujuan kebijakan. Reputasi merupakan elemen penting dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Tapi gagasan reputasi tidak harus bingung dengan komitmen. Sementara bank sentral mungkin memiliki reputasi baik karena kinerja yang baik dalam melakukan kebijakan moneter, bank sentral yang sama tidak mungkin telah memilih bentuk komitmen tertentu (seperti penargetan rentang tertentu untuk inflasi). Reputasi memainkan peran penting dalam menentukan berapa pasar percaya pengumuman komitmen tertentu untuk tujuan kebijakan tetapi kedua konsep tidak boleh berasimilasi. Juga, perhatikan bahwa di bawah ekspektasi rasional, tidak perlu bagi pembuat kebijakan untuk telah menetapkan reputasi melalui tindakan kebijakan masa lalu; sebagai contoh, reputasi kepala bank sentral mungkin berasal sepenuhnya dari ideologi nya, latar belakang profesional , pernyataan publik, dll. Bahkan telah berpendapat bahwa untuk mencegah beberapa patologi terkait dengan inkonsistensi waktu pelaksanaan kebijakan moneter (inflasi berlebihan tertentu), kepala bank sentral harus memiliki kebencian yang lebih besar untuk inflasi dari sisa ekonomi pada rata-rata. Oleh karena itu reputasi bank sentral tertentu tidak perlu terikat pada kinerja masa lalu, melainkan untuk pengaturan kelembagaan tertentu bahwa pasar dapat digunakan untuk membentuk ekspektasi inflasi. Meskipun sering diskusi kredibilitas yang berkaitan dengan kebijakan moneter, makna yang tepat dari kredibilitas jarang didefinisikan. kurangnya kejelasan tersebut dapat berfungsi untuk memimpin kebijakan jauh dari apa yang diyakini paling menguntungkan. Misalnya, kemampuan untuk melayani kepentingan umum adalah salah satu definisi dari kredibilitas sering dikaitkan dengan bank sentral. Keandalan dengan mana suatu bank sentral janjinya juga merupakan definisi umum. Sementara semua orang setuju kemungkinan besar bank sentral tidak boleh berbohong kepada publik, perselisihan luas ada di bagaimana bank sentral dapat melayani kepentingan publik. Oleh karena itu, kurangnya definisi dapat mendorong orang untuk percaya bahwa mereka mendukung satu kebijakan tertentu kredibilitas ketika mereka benar-benar mendukung lain. 1. Jenis-jenis kebijakan moneter Dalam prakteknya, untuk menerapkan semua jenis kebijakan moneter alat utama yang digunakan adalah memodifikasi jumlah uang primer yang beredar. Otoritas moneter melakukan hal ini dengan membeli atau menjual aset keuangan (biasanya kewajiban pemerintah). Ini operasi pasar terbuka berubah baik jumlah uang atau likuiditas (jika bentuk cair kurang dari uang yang dibeli atau dijual). The multiplier effect perbankan cadangan fraksional memperkuat dampak dari tindakan. transaksi pasar Konstan oleh otoritas moneter memodifikasi pasokan mata uang dan ini dampak variabel pasar lain seperti suku bunga jangka pendek dan nilai tukar. a. Inflasi penargetan Berdasarkan pendekatan kebijakan target adalah untuk menjaga inflasi , di bawah sebuah definisi tertentu seperti Indeks Harga Konsumen , dalam kisaran yang diinginkan. Target inflasi ini dicapai melalui penyesuaian berkala kepada Bank Sentral suku bunga target. Tingkat bunga yang digunakan adalah umumnya tingkat antar bank di mana bank meminjamkan kepada satu sama lain semalam untuk keperluan arus kas. Tergantung pada negara ini tingkat bunga tertentu yang bisa disebut uang bunga atau sesuatu yang serupa. Target suku bunga dipertahankan untuk jangka waktu tertentu menggunakan operasi pasar terbuka. Biasanya durasi bahwa target suku bunga dipertahankan konstan akan bervariasi antara bulan dan tahun. Target suku bunga biasanya ditinjau secara bulanan atau kuartalan oleh komite kebijakan. Perubahan target suku bunga dibuat sebagai tanggapan terhadap berbagai indikator pasar dalam upaya untuk memperkirakan tren ekonomi dan dengan demikian pasar tetap pada jalur untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan. Sebagai contoh, satu metode sederhana inflation targeting disebut aturan Taylor menyesuaikan tingkat suku bunga sebagai respon terhadap perubahan dalam tingkat inflasi dan kesenjangan output . Aturan diusulkan oleh John B. Taylor dari Universitas Stanford . Penargetan inflasi pendekatan untuk pendekatan kebijakan moneter ini dipelopori di Selandia Baru. Hal ini saat ini digunakan di Australia , Brazil , Kanada , Chile , Kolombia , yang Republik Ceko , Selandia Baru , Norwegia , Islandia , Filipina , Polandia , Swedia , Afrika Selatan , Turki , dan Inggris . b. Harga Penargetan Tingkat Harga penargetan tingkat mirip dengan inflation targeting kecuali bahwa pertumbuhan CPI dalam satu tahun atas atau di bawah target tingkat harga jangka panjang adalah offset pada tahun-tahun berikutnya sehingga tingkat harga yang ditargetkan tercapai dari waktu ke waktu, misalnya lima tahun, memberikan kepastian lebih lanjut tentang masa depan kenaikan harga kepada konsumen. Dalam inflation targeting apa yang terjadi pada tahun-tahun terakhir segera tidak diperhitungkan atau disesuaikan dalam tahun berjalan dan masa depan. c. Agregat Moneter Pada 1980-an, beberapa negara menggunakan pendekatan yang didasarkan pada pertumbuhan konstan dalam jumlah uang beredar. Pendekatan ini disaring untuk memasukkan kelas yang berbeda dari uang dan kredit (M0, M1 dll). Di Amerika Serikat ini pendekatan kebijakan moneter dihentikan dengan pemilihan Alan Greenspan sebagai Ketua Fed. Pendekatan ini juga kadang-kadang disebut monetarisme . Sementara kebijakan yang paling moneter berfokus pada sinyal harga satu bentuk atau lain, pendekatan ini difokuskan pada jumlah moneter. d. Nilai Tukar Tetap Kebijakan ini didasarkan pada mempertahankan nilai tukar tetap dengan mata uang asing. Ada berbagai tingkat nilai tukar tetap, yang dapat peringkat dalam kaitannya dengan cara kaku kurs tetap adalah dengan bangsa jangkar. Di bawah sistem nilai fiat tetap, pemerintah daerah atau otoritas moneter menyatakan nilai tukar tetap tetapi tidak aktif membeli atau menjual mata uang untuk mempertahankan tingkat. Sebaliknya, tingkat dipaksakan oleh-konvertibilitas tindakan-tindakan non (misalnya kontrol modal , impor / lisensi ekspor, dll). Dalam hal ini ada tingkat pasar gelap tukar dimana perdagangan mata uang pada pasar / nilai tidak resmi. Di bawah sistem fixed-konvertibilitas, mata uang dibeli dan dijual oleh bank sentral atau otoritas moneter setiap hari untuk mencapai nilai tukar target. Tingkat mungkin target tingkat tetap atau sebuah band tetap di mana nilai tukar dapat berfluktuasi sampai otoritas moneter campur tangan untuk membeli atau menjual yang diperlukan untuk mempertahankan nilai tukar dalam band. (Dalam kasus ini, nilai tukar tetap dengan tingkat tetap dapat dilihat sebagai kasus khusus dari kurs tetap dengan band-band di mana band-band yang diatur ke nol.) Di bawah sistem nilai tukar tetap dikelola oleh suatu dewan mata uang setiap unit mata uang lokal harus didukung oleh unit mata uang asing (mengoreksi nilai tukar). Hal ini memastikan bahwa basis moneter lokal tidak akan mengembang tanpa didukung oleh mata uang keras dan menghilangkan segala kekhawatiran tentang berjalan di mata uang lokal dengan mereka yang ingin mengkonversi mata uang lokal ke mata uang (jangkar) keras. Dalam dolarisasi , mata uang asing (biasanya dolar AS, maka istilah “dolarisasi”) digunakan secara bebas sebagai media pertukaran, baik secara eksklusif atau paralel dengan mata uang lokal. Hal ini dapat terjadi karena penduduk setempat telah kehilangan iman semua dalam mata uang lokal, atau mungkin juga kebijakan dari pemerintah (biasanya untuk mengendalikan inflasi dan impor kebijakan moneter kredibel). Kebijakan ini sering turun tahta kebijakan moneter dengan otoritas moneter asing atau pemerintah sebagai kebijakan moneter di negara mengelompokkan harus menyelaraskan dengan kebijakan moneter dalam jangkar bangsa untuk mempertahankan nilai tukar. Tingkat dimana kebijakan moneter lokal menjadi tergantung pada jangkar bangsa tergantung pada faktor-faktor seperti mobilitas modal, keterbukaan, saluran kredit dan faktor ekonomi lainnya. Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: 1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beedar. 2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy). Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain : 1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang. 2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate) Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang. 3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio) Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio. 4. Himbauan Moral (Moral Persuasion) Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian. Kebijakan fiskal dan moneter adalah kebijakan yang di lakukan dengan tujuan untuk mengelola isi permintaan barang dan jasa, untuk mempertahankan produksi Yang mendekati full employment dan untuk mempertahankan tingkat harga barang dan jasa agar inflasi dan deflasi tidak terjadi. Bagi negara sedang berkembang sebenarnya sulit untuk menyesuaikan antara pendapatan negara yang sedang berkembang rendah sedangkan kebutuhan untuk menyediakan barang dan jasa serta membelanjai pengeluaran yang lainya lebih besar. Sedangkan kebijakan campuran adalah merupakan campuran daari dua kebijakan bdiatas yang di lakukan dengan cara mengubah pengeluaran, pengenaan pajak ataupun jumlah uang yang beredar secara bersama-sama. 2. Hubungan Antara Kebijakan Fiskal Dan Moneter Sebagaiman kita ketahui bahwa kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar uang dan pasar surat berharga, dan pasar uang dan surat berhargta itu akan menentukan tinggi rendahnya tingkat bunga, dan tingkat bunga akan memperngaruhi tingkat agregat. Kebijakan fiskal akan mempunyai pengaruh terhadap permintaan dan penawaran agregat, yang pada giliranya permintaan dan penawaran agregat itu akan menentukan keadaan di pasar barang dan jasa. Kondisi di pasar barang dan jasa ini akan menentukan tingkat harga dan kesempatan kerja akan menentukan tingkat pendapatan dan tingkat upah yang di harapkan. Keduanya akan memiliki umpan balik yaitu pendapatan akan memberikan umpan balik terhadap permintaan agregat dan upah harapan mempunyai umpan balik terhadap penawaran agregat dan pasar uang serta pasar surat berharga. C. Definisi Perdangangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional. 1. Teori Perdagangan Internasional Menurut Amir M.S., bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor. Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan. 2. Manfaat perdagangan internasional Menurut Sadono Sukirno, manfaat perdagangan internasional adalah sebagai berikut.  Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri Banyak faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut di antaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.  Memperoleh keuntungan dari spesialisasi Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.  Memperluas pasar dan menambah keuntungan Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.  Transfer teknologi modern Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern. BAB III P E N U T U P A. Simpulan Dari pembahasan di atas dapat penyusun simpulkan bahwa kebijakan fiskal dan moneter adalah kebijakan yang di lakukan dengan tujuan untuk mengelola isi permintaan barang dan jasa, untuk mempertahankan produksi Yang mendekati full employment dan untuk mempertahankan tingkat harga barang dan jasa agar inflasi dan deflasi tidak terjadi. Bagi negara sedang berkembang sebenarnya sulit untuk menyesuaikan antara pendapatan negara yang sedang berkembang rendah sedangkan kebutuhan untuk menyediakan barang dan jasa serta membelanjai pengeluaran yang lainya lebih besar. Sedangkan kebijakan campuran adalah merupakan campuran daari dua kebijakan bdiatas yang di lakukan dengan cara mengubah pengeluaran, pengenaan pajak ataupun jumlah uang yang beredar secara bersama-sama.

Dinsdag 14 Mei 2013

I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan.Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan.Tubuh ikan terdiri atas 3 bagian yaitu kepala/caput dilihat mulai dari ujung moncong sampai batas tutup insang, trincus/badan dilihat mulai dari belakang tutup insang sampai dengan belakang anus dan caudal/ekor dilihat mulai dari belakang anus sampai ujung sirip ekor (Nadia, 2009). Pengukuran morfometrik merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lainnya tanpa melalui lengkungan badan. Pengukuran morfometrik ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana cara kita untuk mengetahui metode pengukuran standar pada ikan diantaranya panjang standar, panjang moncong atau bibir, panjang sirip punggung atau tinggi badan dan ekor (Nickolsky, 1963) Sistem integumen pada mahluk hidup khususnya pada ikan merupakan bagian-bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar tempat mahluk hidup atau ikan tersebut.Pada sistem integumen, terdapat sejumlah organ atau struktur dengan fungsi yang beranekaragam pada bermacam-macam jenis mahluk hidup (Peristiwady, 2006) Dalam mempelajari suatu seluk beluk mahluk hidup tidak terlepas dari bagaimana cara dia bernapas dan berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga muncul suatu sistem yang disebut sistem pernapasan. Pernapasan merupakan proses pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida dalam suatu organisme hidup. Umumnya pada ikan alat pernapasannya adalah insang dengan pengecualian pada beberapa jenis ikan yang memiliki alat pernapasan paru-paru selalu menggunakan insang (Nadia, 2009). Berdasarkan uraian di atas maka dianggap perlu dilakukan praktikum sehingga kita dapat mengetahui lebih dalam lagi mengenai ikan, khususnya mengenai morfologi, pengukuran morfometrik, sistem integumen dan sistem pernapasan pada ikan. 1.2 Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan praktikum untuk mengenal berbagai bentuk luar ikan, mengamati mofologi ikan dan letak/posisi bagian luar tubuh ikan secara in situ. 2. Tujuan praktikum untuk mengamati struktur penutup tubuh ikan, kulit dan derivate-derivatnya seperti sisik, jari-jari sirip, lendir, keel dan kelenjar racun. 3. Tujuan praktikum untuk memperkenalkan metode atau cara menghitung berbagai ukuran ikan yang dapat digunakan dalam identifikasi ikan dan kuantifikasi morfologi ikan. Manfaat praktikum untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahun serta jenis-jenis Morfologi ikan, sistem integumen dan pengukuran tubuh ikan.  II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Morfologi Ikan 1. Ikan Barakuda (Sphyraena) Klasifikasi ikan barakuda menurut Klen (1778), adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class : Actinopterygii Ordo : Perciformes Famili : Sphyraenidae Genus : Sphyraena Gambar 1. Ikan Barakuda (Sphyraena) 2. Ikan pisang-pisang ekor kuning (Caesio cuning) Klasifikasi ikan ekor kuning menurut Bloch (1791) adalah sebagai berikut : Phylum:Chordata Subphylum:Vertebrata Class :Actinopterygii Superorder:Acanthopterygii Order :Perciformes Family:Caesionidae Genus:Caesio Species:Caesio cuning Gambar 2. Ikan ekor kuning (Caesio cuning) 3. Ikan Layang (Decapterus russelli) Klasifikasi ikan layang menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut: Phylum:Chordata Subphylum:Vertebrata Class :Actinopterygii Ordo:Perciformes Family:Carangidae Genus:Decapterus Species:Decapterus ruselli Gambar 3. Ikan Layang (Decapterus russelli) Ikan barakuda (Sphyraena) yang mempunyai kemampuan beradaptasi di air tawar maupun air asin.Yang masih kecil biasanya berada di sekitar sungai dekat muara, sedangkan ikan yang besar berada di laut.Merupakan ikan yang berasosiasi dengan daerah karang karena mencari makanikan – ikan di sekitar terumbu karang.Biasa hidup di pantai karang (tebing karang di tepi pantai).Hidup di semua massa air.Barakuda termasuk ikan buas bilamana dilihat dari deretan giginya yang tajam.Ikan ini makan ikan, cumi, atau udang dengan menyergap dan mengejarnya.Giginya yang tajam seringkali memutuskan senar pancing sehingga tali liner untuk memancing ikan barakuda harus dibuat dari baja. Ikan ekor kuning (Caesio cuning) atau redbelly yellowtail fusilier biasanya hanya dapat ditemukan di perairan tropis (31°LU - 22°LS dan 76°BT - 172°BT), perairan dengan hamparan terumbu karang merupakan habitat dari ikan ini. Distribusi ikan ekor kuning tersebar di daerah Indo-Pasifik barat dari Sri Lanka hingga Vanuatu serta selatan Jepang hingga utara Australia. Ikan ekor kuning memiliki bentuk badan memanjang, melebar dan gepeng.Dua gigi taring pada rahang bawah dan yang halus pada langit-langit.Jari-jarikeras 10 dan 15 jari-jari lemah pada sirip punggung.Tiga jari-jari keras dan 11jari-jari lemah pada sirip dubur.Ikan ini memiliki sisik tipis dan terdapat 52-58 pada garis rusuknya.Sisik-sisik kasar di bagian atas dan bawah garis rusukserta tersusun horizontal, sisik pada kepala mulai dari mata. Ikan layang merupakan ikan perenang cepat yang hidupberkelompok di Laut yang jernih dan bersalinitas tinggi. Menurut Hariati et al., (2005) Ikan layang (Decapterus russelli) hidup di perairan dengan salinitas tinggi yaitu ± 32‰. Ikan layang juga termasuk dalam ikan stenohalyn yang dapat hidup dengan memakan plankton (Burhanuddin et.al.,1981). Makanan ikan layang sangat tergantung pada plankton, terutama jenis-jenis zooplankton. Pada beberapa kasus ternyata bahwa ikan layang tidak mutlak tergantung pada zooplankton. Tiews et al. (1968) dalam Burhanuddin et al. (1981) mendapatkan bahwa ikan-ikan kecil merupakan makanan bagi Decapterus russelli dan Burhanuddin pernah menemukan satu ekor dari kota agung isi perutnya hanya dua ekor ikan teri (Stolephorus spp.) dan seekor ikan japuh (Dussumiera acuta). Menurut Martosewojo dan Djamali (1980) dalam Burhanuddin (1981) makanan Decapterus russelli yang utama adalah Crustacea seperti Copepoda serta telurnya, Mysidacea, Amphipoda, Ostracoda, dan potongan-potongan udang. Ikan layang (Decapterus russelli) mempunyai nama umum round scad (Nurhakim, 1987). Ikan layang merupakan ikan yang mempunyai kemampuan bergerak dengan cepat di air laut. Tingginya kecepatan tersebut dapat dicapai karena bentuk tubuhnya yang seperti cerutu dan mempunyai sisik yang sangat halus (Burhanuddin et. al. 1981). 2.2 Sistem Integumen Sistem integumentpada mahluk hidup merupakan bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar tempat mahluk hidup tersebutberada.Pada sistem integumen terdapat sejumlah organ atau struktur dengan fungsiyangberanekaragam pada bermacam-macam jenis mahlukhidup(Nadia, 2009). Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung didalam sisik ikan dapat dibedakan lima jenis, yaitu placoid, gonoid, cycloid, ctenoid dan cosmoid, sisikcycloid terdapat dalam golongan ikan berjari-jari lemah dibandingkan ketiga sirip lainnya. Kedua sisik ini kepipihnya sudah tereduksi menjadi sangattipis, fleksibel transparan dan tidak dentine ataupun enamel. Susunan sisik yang berarti genting tersebut akan mengurangi gesekan air sehimgga ikan dapat berenag dengan lebih cepat (Raharjo, 2010). Sisik merupakan derivat dari lapisan dermis.Lapisan epidermis adalah terluar dari ikan, sementara lapisan paling dalam adalah dermis.Epidermis selalu basah karena adanya lendir yang diahasilkan oleh sel-sel yang berbentuk piala yang terdapat pada seluruh permukaan tubuh ikan.Lendir berfungsi untuk mengurangi gesekan dengan air supaya ikan dapat berenang lebih cepat, sebagai penutup luka dan pencegah infeksi (Rukaya, 2007). 2.3 Metode Mengukur Tubuh Ikan Pengukuran tubuh ikan merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik yang lain tanpa melalui lengkungan badan. Metode pengukuran standar ikan antara lain panjang standar, panjang moncong atau bibir, panjang sirip punggung atau tinggi badan dan ekor (Nadia R, dkk., 2009). Ikan bertulang belakang memiliki beranekaragam karakteristik tubuh, sehingga bentuk badan dan ukurannya berbeda. Penjelasan ukuran standar pengukuran tubuh ikan sebagaimana dikemukakan oleh Peristiwady (2006) meliputi panjang total, panjang baku, tinggi badan, tinggi ekor, panjang sirip punggung dan sebagainya (Burhanuddin, 2008). Pada pengukuran tubuh ikan merupakan pengukuran yang diambil dari suatu dari titik ketitik yang lain tanpa melalui lengkungan badan. Metode pengukuran standar ikan antara lain panjang standar panjang moncong bibir panjang sirip punggung atau tinggi badan atau ekor (Nadia, 2009). III. METODELOGI PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 07Maret 2013, pukul 12.30-15.00 WITA, bertempat di Laboratorium Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari. 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1.Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Morfologi Ikan, Sistem Integumen dan Metode Pengukuran Tubuh ikan. No Nama Alat dan Bahan Kegunaan 1. 2. Alat - Baki (Disseting-pan) - Pinset - Mistar - Alat tulis - Lup - Lap halus dan kasar Bahan - Ikan barakuda (Sphyraena) - Ikan ekor kuning (Caesio cuning) - Ikan layang (Decapterus russeli) Tempat meletakan bahan Alat pengambil bahan amatan Untuk mengukur tubuh ikan Untuk mengambar hasil pengamatan Untuk melihat bahan yang diamati secara detail Gunanya untuk membersihkan alat- alat praktek Seba bahan gai amatan Seba bahan gai amatan Seba bahan gai amatan 3.3 Prosedur Kerja 1. Morfologi Ikan Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu : - Menyiapkan preparat (Ikan), usahakan yang berukuran besar (agar mudah diamati) dan terdiri atas beberapa jenis ikan. - Menyiapkan papan preparat, mikroskop/lup, pinset, buku gambar dan peralatan lainnya. - Meletakan ikandiatas papan preparat, lalu amati morpologi: bagian-bagian luar ikan (mata, nasal dan sebagainya): bentuk badan, bentuk dan letak mulut, bentuk dan letak sungut, bentuk dan letak sirip, bentuk ekor, linea lateralis, dan morfologi lainnya. 2. Sistem Integumen Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu : - Menyiapkan preparat (spesies ikan) yang bertipe sisik berbeda-beda (seperti ikan mas dan ikan betok), ikan yang mempunyai jari-jari keras (ikan betok, kerapu), jari-jari lemah (ikan mas), ikan yang berkelenjar beracun (ikan sembilan, lele), ikan yang berlunas (ikan cakalang) - Menyiapkan papan preparat, mikroskop/lup, pinset, buku gambar dan peralatan lainnya - Meletakan ikan diatas papan preparat, lalu amati bagian-bagian luar ikan yang berhubungan dengan sistem integumen, amati dibawah mikroskop sisik ikan. 3. Metode Mengukur Tubuh Ikan Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu : - Menyediakan preparat yang utuh, dari spesies yang mempunyai jari-jari lemah dan keras. - Meletakanpreparat, kepala sebelah kiri dan perut menghadap kebawah. - Mengamati spesimen ikan dan selanjutnya lakukan pengukuran morfometrik pada setiap jenis spesimen. IV.HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Morfologi ikan Tabel 2. Pengamatan pada morfologi ikan No Parameter Jenis ikan Layang Barakuda Pisang-pisang 1. Bentuk tubuh Fusiform Segittiform Comressed 2. Bentuk mulut Tabung Superior Terminal 3. Sungut - - - 4. Sirip Jaguar Jaguar Subdominal 5. Ekor Hypocercal Hypocercal Forked - Pengamatan pada Ikan Barakuda (Sphyraena) Gambar 4. Morfologi Ikan Barakuda (Sphyraena) Keterangan : 1. Sirip Perut(Ventral fin) 6. Mata 2. Sirip Punggung (Dorsal fin) 7. Caput (kepala) 3. Sirip dada (Mektoral fin) 8. Trincus (badan) 4. Sirip Dubur 9. Caudal (ekor) 5. Sirip Ekor (Caudal fin) 10. Gurat sisi - Pengamatan pada Ikan pisang-pisang ekor kuning (Caesio cuning) Gambar 5. Morfologi Ikan pisang-pisang ekor kuning (Caesio cuning) Keterangan : 1. Sirip Perut(Ventral fin) 6. Mata 2. Sirip Punggung (Dorsal fin) 7. Caput (kepala) 3. Sirip dada (Mektoral fin) 8. Trincus (badan) 4. Sirip Dubur 9. Caudal (ekor) 5. Sirip Ekor (Caudal fin) 10. Gurat sisi   - Pengamatan pada Ikan Layang (Decapterus russelli) Gambar 6. Morfologi Ikan Layang (Decapterus russelli) Keterangan : 1. Sirip Perut(Ventral fin) 6. Mata 2. Sirip Punggung (Dorsal fin) 7. Caput (kepala) 3. Sirip dada (Mektoral fin) 8. Trincus (badan) 4. Sirip Dubur 9. Caudal (ekor) 5. Sirip Ekor (Caudal fin) 10. Gurat sisi   4.1.2 Sistem Integumen Tabel 3.Pengamatan Pada Sistem Integumen Ikan No Parameter Jenis Ikan Layang Barakuda Pisang-pisang 1. Sisik Cicloid Cycloid Cycloid 2. Scute - - - 3. Lendir dan kulit Tidak berlendir - - 4. Lunas - - - 5. Jari-jari sirip - - - 6. Kelenjar racun - - - - Pengamatan pada Ikan Barakuda (Sphyraena) Gambar 7. Sistem Integumen pada Ikan Barakuda (Sphyraena) - Pengamatan pada Ikan pisang-pisang ekor kuning (Caesio cuning) Gambar 8. Sistem Integumen pada Ikan pisang-pisang ekor kuning (Caesio cuning) - Pengamatan pada Ikan Layang (Decapterus russelli) Gambar 9. Sistem Integumen pada Ikan Layang (Decapterus russelli) 4.1.3 Metode Mengukur Tubuh Ikan Tabel 4. Pengukuran Tubuh pada Ikan No Parameter Jenis Ikan Layang Barakuda Pisang-pisang 1. PT 1.55 mm 3.2 mm 1.9 mm 2. PS 1.37 mm 2.9 mm - 3. PF - - - 4. Tinggi ikan 0.3 mm 0.45 mm 0.65 mm 5. Panjang ekor 0.17 mm 0.4 mm - 6. Panjang jari-jari sirip - - - 7. Tinggi jari-jari sirip - - - 8. P. Kepala 0.38 mm - - 9. T. Kepala - - - 4.2 Pembahasan 1. Morfologi Ikan Pada pengamatan morfologi ikan, digunakan 3 jenis ikan yang berbeda yaitu ikan barakuda (Sphyraena),ikan pisang-pisang ekor kuning (Caesio cuning), ikan layang (Decapterus russelli). Pada pengamatan ikan barakuda kelas ikan barakuda Actinopterygii yang dikenal berwujud menyeramkan dan berukuran tubuh besar, tubuhnya panjang dan ditutupi oleh sisik yang halus. Ikan ini dapat ditemukan di samudra tropis dan subtropis di seluruh dunia. Barakuda adalah anggota genus Sphyraena, satu-satunya genus dalam familia Sphyraenidae, hal ini sesuai yang di katakan oleh Nontji, (1987) yang menyatakan bahwa ikan barakuda mempunyai tubuh yang panjang dan mempunyai gigi yang sangat tajam, benuk tubuhnya Segittiform. Ikan barakuda memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip dubur, sirip ekor caudal dan mempunyai gurat sisi. Pada pengamatan ikan pisang-pisang ekor kuning, hewan ini memiliki bentuk tubuh Comressed yang tubuhnya agak melebar dan warnanya bermacam-macam.Ikan pisang-pisang ekor kuning mempunyai tubuh yang pendek atau sesuai bentuk. Selain itu, ekornya berbentuk Forked atau Furcatedan kulitnya bersisik.Bentuk mulutnya tabung (tube-lika) termasuk dalam golongan Terminal(Rukka, 2007). Pada pengamatan ikan Layang, hewan ini termasuk dalam kelompok ikan pelagik.Ikan layang memiliki badan berbentuk Fusiform dan agak melingkar. Panjang tubuhnya sekitar 15.5 cm dan mempunyai gurat sisi garis-garis.Sirip punggung berbentuk Jagularatau sirip berpasangan dan sirip dubur tunggal, teratur tidak berlawanan arah, terletak dekat pangkal ekor.Sirip ekor berbentuk Hypocercal dengan keping bawah lebih panjang, serta siripdadadansiripperutpendek. 2. Sistem Integumen Pada pengamatan sistem integumen ikan, digunakan 3 jenis ikan yaitu ikan barakuda(Sphyraena), ikan pisang-pisang ekor kuning(Caesio cuning), ikan layang (Decapterus russelli).Dari pengamatan yang dilakukan dapat dilihat bahwa setiap jenis ikan memiliki perbedaan pada bagian luar tubuhnya yang berhubungan langsung dengan lingkungannya.Integumen merupakan bagian terluar dari ikan sebagai system pembalut tubuh.Salah satu yang biasa kita kenal adalah sisik (Rukka, 2007). 3. Metode Mengukuran Tubuh Ikan Dalam pengukuran tubuh ikan, digunakan 3 jenis ikan yaitu ikan barakuda (Sphyraena), ikan pisang-pisang ekor kuning(Caesiocuning),ikan layang (Decapterus russelli). Pada pengukuran tubuh ikan barakuda (Sphyraena),memiliki panjang total 32 cm, panjang standar 28 cm, tinggi badan 4.5 cm dan tinggi ekor 5 cm. Selain itu, ikan Baracuda juga memiliki panjang sirip punggung dimana sirip punggung ini terbagi menjadi 2 yaitu sirip punggung keras yang panjangnya 6 cm dan sirip punggung lemah yang panjangnya 4 cm. Pada pengukuran morfometrik ikan ekor kuning(Caesiocuning), memiliki panjang total 19 cm, panjang standar 16 cm. Pada ikan ekor kuning memiliki sirip punggung yang memanjang dari kepala hingga hampir ke bagian ekor yang ukurannya cukup panjang sekitar 12 cm. Pada pengukuran tubuh ikan layang (Decapterus russelli), memiliki panjang total 15.5 cm, panjang standar 13.7 cm, tinggi badan 3 cm dan tinggi ekor 2.5 cm. Pada ikan layang hanya memiliki satu sirip punggung dimana letaknya berjauhan dengan sirip ekor yang panjangnya sekitar 4 cm. V.KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada pengamatan morfologi ikan, digunakan 3 jenis ikan yang berbeda yaitu ikan barakuda (Sphyraena), ikan pisang-pisang ekor kuning (Caesio cuning), ikan layang (Decapterus russelli). Dimna ikan-ikan ini terdapat berbagai macam perbedaan pada setiap jenis ikan baik panjang tubuh, bentuk mulut dan bentuk ekor. 2. Pada pengamatan sistem integumen ikan barakuda (Sphyraena), ikan pisang-pisang ekor kuning(Caesio cuning), ikan layang(Decapterus russelli). Pada setiap ikan ini mempunyai derivat yang berbeda pada lapisan luar dan lapisan dalam 5.2 Saran Saran yang dapat saya ajukan yaitu agar dalam praktikum para praktikan dapat membagi tugas dengan baik sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar dengan waktu yang seefisien mungkin dikarenakan dalam praktikum waktu yang digunakan sangat singkat mengingat praktikum yang dilakukan cukup padat. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pernafasan merupakan proses pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida dalam suatu organism hidup. Alat pernafasan ikan secara umum adalah insang dengan pengecualian pada beberapa jenis ikan yang mempunyai alat pernafasan paru-paru selalu menggunakan insang. Belum berfungsinya insang pada saat embrio maka pernafasan dilakukan dengan menggunakan kantung telur (Nadia dkk, 2009) Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh dengan cepat, seperti kontraksi otot yang menghasilkan gerakan seluruh tubuh, peristiwa visceral yang berubah dengan cepat dan bahkan kecepatan sekresi beberapa kelenjar endokrin.Sistem saraf berperan dalam koordinasi dan pengaturan seluruh organ-organ tubuh.Sesuai dengan fungsinya sistem saraf dibangun oleh sel-sel dengan struktur dan sifat khusus. Perambatan impuls saraf dari suatu sel ke sel saraf lainnya dilangsungkan dengan perantaraan adanya neurotransmitter melalui celah simpatik yang menghubungkan antara satu sel saraf dengan sel saraf lainnya.(Widyako, 1990). Pencernaan maknanan pada ikan merupakan proses penyederhanaan melalui mekanisme fisik dan kimiawi sehingga menjadi mudah untuk diserap dan disebarkan keseluruh tubuh melalui sistem peredaran darah. Fungsi utama pencernaan makanan yaitu untuk menghancurkan makanana menjadi zat-zat terlarut sehingga makanan tersebut mudah diserap dan kemudian digunakan dalam proses metabolisme.Umumnya pencernaan terjadi2bentuk yaitu pencernaan secara fisik (terjadi di mulut, lambung dan usus) dan pencernaan secara kimiawi (terjadi dilambung).(Nonji, 2005). 1.2.Tujuan dan Manfaat Tujuan dan manfaatpada praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Untukmengamati letak bagian-bagian alat yang digunakan dalam proses pernafasan yang meliputi insang serta ada atau tidaknya alat pernafasan tambahan yang biasanya terdapat beberapa jenis ikan tertentu. 2. Untuk mengamati bagian-bagian dari pusat saraf (otak) dan bagian-bagian saraf lainya. 3. Untuk mengamati bentuk dan letak bagian-bagian alat pencernaan makanan pada beberapa golongan ikan serta melihat ada atau tidaknya modifikasi yabg terjadi pada alat pencernaan tersebut. Manfaat praktikum untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahun serta jenis-jenis sistem pernapasan, sistem saraf dan sistem pencernaan. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Klasifikasi 1. Ikan cakalang Klasifikasi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis), menurut Widyako (1990) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum:Chordata Kelas:Pisces Ordo :Perciformes Genus : Katsuwonus Species : Katsuwonus pelamis (Dok. Pribadi, 2013) Gambar 10. Morfologi ikan cakalang (Kastuwonus pelamis) 2. Ikan selar kuning Klasifikasi ikan selar kuning (Selaroides leptolepis), menurut Valenciennes (1833) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Percomorphi Famili : Carangidae Genus : Selaroides Species : Selaroides leptolepis (Dok. Pribadi, 2013) Gambar 11. Morfologi ikan selar kuning (Selaroides leptolepis) Ikan cakalang (Katsuwonus Pelamis) merupakan golongan ikan predator aktif dimana memiliki bentuk tubuh yang langsing/lurus (fusiform), dengan mulut di ujung (terminal) dan batang ekor menyempit/kecil dengan bentuk ekor cagak atau bulan sabit.Ikan-ikan kelompok ini selalu bergerak dan mengejar mangsa.(Moyle dan Cech, 1988 dalam Rajabnadia 2009). Ikan selar kuning merupakan ikan yang mempunyai kemapuan yang bergerak dengan cepat di air laut. Tingginya kecepatan tersebut dapat dicapai karna bentuk tubuhnya yang seperti kerucut dan mempunyai sisik yang halus ( Burhanuddin 1981) 2.2 Sistem pernapasan Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada fase inspirasi, C02 dari air masuk ke dalam insang kemudian 02 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, C02 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh. Selain dimiliki oleh ikan, insang juga dimiliki oleh katak pada fase berudu, yaitu insang luar. Hewan yang memiliki insang luar sepanjang hidupnya adalah salamander (DKP, 2007). 2.3 Sistem Saraf Sistem saraf pada tubuh ikan terdiri dari beberapa bagian yaitu: otak, saraf cranial, spinal cord atau saraf spinal dan organ sensori.Unit terkecil sistem saraf ialah sel saraf (neuron), yang terdiri dari badan sel yang berinti dan penjuluran plasma dari badan sel sebanyak dua atau lebih.Penjuluran plasma yang pendek dinmakan denrite, yang berfungsi sebagai penerima impuls. Tempat terjadinya hubungan antara neurite dan dendrite dinamakan synapse (Rahardjo, 1980). Fungsi sistem saraf secara keseluruhan adalah penghubung antara otak organisme dengan lingkungannya, dari luar dan meresponnya, mengatur kerjasama antara organ bersama dengan sistem hormon dan penyelenggara kerja fisik dan tempat ingatan. Sistem saraf menerima ribuan informasi kecil dari berbagai organ indra seperti suhu, salinitas, perubahan lama penyinaran matahari (photo periodik) dan kemudian mengintegrasikannya dengan sistem endokrin. Hal ini berfungsi untuk mengontrol metabolisme, pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi dan lain-lain (Bernice, 1985). 2.4 Sistem pencernaan Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melaului cara fisik dan kimia, sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus, kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah. Fungsi alat pencernaan pada ikan adalah untuk menghancurkan mekanan menjadi zat yang terlarut sehingga makanan tersebut mudah diserap dan kemudian digunakan dalam proses metabolisme. Proses pencernaan terjadi dalam dua bentuk, yaitu secara fisik (terutama dalam rongga mulut dan lambung). Erta secara kimiawi (terutama dalam lambung dan usus (Rahardjo, 1992). Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari mulut dan berakhir di anus. Secara umum alat pencernaan pada ikan meliputi : mulut (mout), rogga mulut, faring, esophagus, lambung, pylorus, usus dan anus. Fungsi utama pencernaan makan adalah untuk menghancurkan makanan menjadi zat-zat yang terlarut sehingga makanan tersebut mudah diserap dan kemudian digunakan dalam proses metabolisme. Proses pencernaan terjadi dalam dua bentuk, yaitu secara fisik (terutama lambung dan usus). alat pencernaan dalam ikan berhubungan erat dengan jenis makanannya sehingga terjadi beberapa adaptasi alat pencernaan terhadap makanan yang dapat digunakan untuk membedakan spesies yang satu dengan yang lainnya. Alat pencernaan makanan yang sering mengalami modifikasi adalah bibir, gigi, mulut, dan lambung (Yusnaini, 2007). Sistem atau alat pencernaan pada ikan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan (Tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan (Glandula digestoria). saluran pencernaan terdiri dari mulut, rongga mulut, farings, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum dan anus. Sedangkan kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pankreas yang berguna untuk menghasilkan enzim pencernaan yang nantinya akan bertugas membantu proses penghancuran makanan (Yasin, 1990) III. METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 14Maret 2013 pukul 12.30 14.30 WITA, bertempat di Laboratorium Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari. 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel : Tabel 5.Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum Sistem saraf, Sistem pernafasan, Sistem pencernaan. No. Nama Alat dan Bahan Kegunaan 1. Alat - Baki Meletakkan organisme yang diamati - Pinset Mengambil organisme yang diamati - Alat tulis Menggambar hasil pengamatan - Gunting Menggunting bahan yang diamati - Pisau Untuk membedah ikan 2. Bahan -Ikan cakalang Organisme yang diamati (Katsuwonus pelamis) - Ikan selar kuning Organisme yang diamati ( Selaroides leptolepis) 3.3 Prosedur Kerja Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini ialah sistem saraf, sistem pernafasan dan sistem pencernaan pada ikan adalah sebagai berikut: 1. Sistem pernafasan a. Meletakkan specimen ikan diatas baki yang telah disediakan. b. Merusak medulla oblongata dan melakukan beberapa pembedahan untuk melihat alat pernafasan, yaitu : Bagian tulang insang dan alat pernafasan tambahan yang terletak didalam rongga insang bagian atas. c. Membuat sayatan pada penutup insang terdepan (proeperculum) dari dasar keatas dan meneruskan agak ebagian depan sampai rongga bagian atas dapat dikelupas dan dapat dilihat alat pernafasan tambahannya. 2. Sistem saraf a. Mengamati otak bagian atas b. Menegakkan kepala ikan (mulut berada dibagian atas), kemudian iris bagian atas kepala dekat tulang nasal kearah bawah sampai tepat mencapai bagian mata kemudian kuakkan bagian yang telah teriris tadi hingga terlihat bagian atas. c. Keluarkan otak dari ronggaotak dengan menggunting beberapa urat syaraf, yaitu optik never, olfactori never, dan sebagainya. 3. Sistem pencernaan a. Tusukkan gunting bedah dengan bagian yang tumpul kebagian anus, kemudian tubuh ikan kearah ronga perut bagian atas. b. Setelah gunting mencapai ujung rongga perut bagian atas terdepan (belakang kepala), gunting diarahkan kebagian bawah sampai kedasar perut kemudian bukalah daging yang telah tergunting tersebut sehingga organ-organ tubuh bagian dalam dapat terlihat, dan alat pencernaan dapat dikeluarkan dari dalam tubuh. c. Gunting bagian bawah kepala hingga terbela dua, potong bagian terdepan esopagus dan tariklah usus keluar kemudian potong ujung akhir anus. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil pengamatan 1. Hasil pengamatan sistem pernapasan ikan cakalang (K. pelamis) Keterangan : 1. Tulang lengkung 2. Daun insang 3. Tapis insang Gambar12. Sistem pernapasn ikan cakalang (K. pelamis) 2. Hasil pengamatan sistem saraf pada ikan cakalang (K. pelamis) Keterangan : 1. Vagal lobe of medulla 2. Optic lobe 3. Fecial lobe of medulla 4. Ol factory lobe 5. Cerebelium 6. Olvactory nerve 7. Vagus- x 8. Saccusdarsali Gambar 13. Sistem Saraf pada Ikan Cakalang (K. pelamis) 3. Hasil pengamatan sistem pencernaan ikan selar kuning(Selaroides leptolepis) Keterangan : 1. Anus 2. Usus 3. Lambung 4. Pilorus 5. Mulut 6. hati Gambar 14. Sistem pencernaan ikanselar kuning(Selaroides leptolepis) 4.2 Pembahasan 1. Sistem pernafasan Alat pernafasan ikan dapat digolongkan ke dalam organ penapasan akuatik dan pernafasan uadara. Organ pernafasan akuatik terdiri atas insang dalam yakni insang yang terletak di dalam rongga insang , dan insang luar yakni insang yang berada di luar rongga insang yang biasanya ditemukan pada stadia embrio atau larva pada beberapa jenis ikan. Organ pernafasan udara adalah organ yang dapat menggambil oksigen langsung dari udara bebas. Disamping ingsan sebagai alat pernapasan yang utama tetapi, pada ikan tertentu ada yang mempunyai alat pernapasan tambahan seperti pada ikan gabus, ikan lele dan ikan mujair, dan diferticula pada ikan gabus, pernapasan tambahan disebut labirin, alat pernapasan tambahan ini berfungsi untuk membantu bernapas saat okigen berada dalam keadaan yang tidak memungkinkan. Alat yang digunakan agak lama dan merupakan bidang penyimpanan oksigen untuk proses pernapasan atau respirasi. (Rahardjo,dkk 2011). Pada pengamatan sistem pernapasan dilakukan pada ikan cakalang (K. pelamis)tampak dari samping otot pada ikan ini berbentuk seperti segitiga dimana ujung pada garis-garis tersebut meruncing. Garis-garis tersebut tersusun dari blok urat daging yang disebut myotome dan kumpulan dari myotome-myotome tersebut dinamakan myoseptum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rajabnadia.dkk., (2009) yang meyatakan bahwa blok urat daging disebut myotome dan kumpulan dari myotome disebut myoseptum. 2. Sistem saraf Sistem saraf adalah sel saraf (neuron) yang terdiri dari badan sel yang berinti dan penjuluran plasma dari badan sebanyak dua atau lebih. Penjuluran plasma yang panjang dinamakan neurit atau axon yang berfungsi untuk meneruskan impulr yang diterima. Tempat terjadinya hubungan antara denrite dan neurute dinamakan synapee. Sistem saraf dibedakan atas dua yakni sistem saraf carebrospinal yakni bagian pusat (otak dan spinal cord) dan sistem otonomik.Hal ini didukung oleh Rahardjo, (1980) yang menyatakan bahwa, unit terkecil sistem saraf ialah sel saraf (neoron) yang terdiri dari badan sel sebanyak dua atau lebih.Penjuluran plasma yang panjang disebut neurit atau axon yang berfungsi untuk meneruskan impuls yang diterima sedangkan penjuluran plasma yang pendek dinamakan denrite, yang berfungsi sebagai penerima impuls. Pada pengamatan sistem saraf, ikan yang digunakan sebagai bahan pengamatan adalah ikan cakalang. Dimana ikan cakalang memiliki otak berwarna putih tulang dengan ukuran yang cukup kecil dengan bergaris-garis halus berwarna merah dan terlihat bagian-bagian dari sistem saraf ikan cakalang tersebut yaitu offactery nerve yang merupakan saraf utama, spaccus dorsalis, optie lobe, fasial lobe of medula, vagust, vogallobe of medula, cerebellum merupakan bagian yang menonjol pada metencephanol yang berfungsi mengatur kesetimbangan tubuh dalam air dan mengatur tegangan otot dan alfactory lobe. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yusnaini, dkk (2012) bahwa fungsi saraf secara keseluruhan adalah penghubung antara otak organisme dengan lingkungannya, mengatur kerjasama antara organ bersama dengan hormon dan penyelenggara kerja fisik. 3. Sistem pencernaan Pencernaan makanan merupakan proses peyederhanaan makanan dari bentuk yang kompleks sehingga menjadi zat yang mudah diserap oleh tubuh.Alat pencernaan pada ikan mempunyai kaitan yang erat dengan jenis makanan yang dimakan.Kelenjar pencernaan pada ikan meliputi hati dan pankreas. Hati merupakan kelenjar yang berukuran besar, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian depan rongga badan dan mengelilingi usus dan terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke arah punggung ( Rahardjo, 1990). Pada pengamatan terhadap sistem pencernaan, ikan yang di amati yaitu ikan selar kuning(Selaroides leptolepis) fungsi penting dari pencernaan yaitu menghancurkan makanan menjadi zat terlarut sehingga makanan tersebut mudah diserap dan kemudian digunakan dalam proses metabolisme tubuh. Proses terjadi pencernaan tersebut dipengaruhi dalam dua bentuk yaitu secara fisik yang terjadi dalam rongga mulut dan secara kimiawi yang terjadi dalam lambung dan anus. Hal ini didukung oleh Yusnaini dkk (2007), yang menyatakan bahwa fungsi alat pencernaan pada ikan adalah untuk menghancurkan makanan menjadi zat yang terlarut sehingga makanan tersebut mudah diserap dan kemudian digunakan dalam proses metabolisme. Proses pencernaan terjadi dalam dua bentuk, yaitu secara fisik (terutama dalam rongga mulut dan lambung). Serta secara kimiawi (terutama dalam lambung dan usus). Saluran pencernaanpada ikan dimulai dari mulut dan berakhir anus. Secara umum alat pencernaan pada ikan meliputi : mulut dan rongga mulut, faring, esophagus, lambung, pilorus, usus dan anus. Alat pencernaan pada ikan meliputi dalam tubuh ikan erat ketika dihubungkannya dengan jenis makanan yang akan dimakannya sehingga terdapat beberapa adaptasi alat pencernaan makanan ikan terhadap makanannya untuk membedakan ikan antara spesies yang lainnya. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpula Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Sistem pernafasan pada ikan di bagi menjadi 3 bagian insang yaitu: Daun insang( giil filamen), tulang lengkung insang (gill arch) dan Tapis insang (gillracker). 2. Sistem saraf pada tubuh ikan terdidiri dari beberapa bagian yaitu: otak, saraf cranial, spinal cord atau saraf spinal dan organ sensori. 3. Sistem pencernaan ikan yaitu dimulai dari mulut dan berakhir di anus. Secara umum alat pencernaan pada ikan yang meliputi : Mulut (mouth), rongga mulut, faring (pharynx), esapagus(esophagus), lambung(stomach), pilorus(piloric), usus (intestine) dan anus. 5.2 Saran Sebagai praktikan saya menyarankan agar dalam proses praktikum selanjutnya asisten dapat menjelaskan bagian-bagian dari organisme yang di amati serta fungsi-fungsinya sehingga dapat memudahkan dalam penyusunan laporan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urat daging ikan yang tampak merupakan suatu satu kesatuan yang tersusun dari komponen-komponen penyusunnya. Urat daging yang terdapat pada tubuh ikan terbagi atas Horizontal steletogeneus septrum menjadi urat daging bagian atas (epaxial)dan urat daging bagian bawah (hypaxial). Pada umumnya ikan memiliki 3 jenis urat daging (otot). Berdasarkan strukturnya, yaitu : otot polos, otot bergaris, dan otot jantung. Berdasarkan cara menempelnya dibedakan atas 2 yaitu otot menempel pada rangka (otot bergaris) dan otot yang tidak menempel pada rangka (otot jantung dan otot polos). Secara fungsional, otot juga dibedakan atas 2 tipe yaitu otot yang kerjanya di bawah rangsangan otak (voluntary) dan otot yang kerjanya tidak dibawah rangsangan otak (involuntary). Dalam sistem peredaran darah, jantung memiliki peranan yang sangat penting.Fungsi jantung yaitu untuk memompakan darah yang berkadar oksigen rendah ke insang dan mengikat oksigen kemudian disebarkan keseluruh tubuh.Komponen-komponen dalam sirkulasi darah yaitu jantung, darah, saluran darah dan limpha. Sistem urogenitalia merupakan kombinasi antara sistem urinaria (ekskresi) dan sistem genitalia (reproduksi).Sistem urinaria biasa disebut sistem ekskresi. Fungsinya yaitu untuk membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan ataumembahayakan bagi kesehatan tubuh yang dikeluarkan sebagai larutan dalam air dengan perantaraan ginjal dan salurannya (Raharjo, 2004). Sistem urinaria meliputi pembuangan hasil sisa metabolisme, baik melalui usus dan kulit (sebagian kecil) maupun melalui alat ekskresi khususnya ginjal (sebagian besar). Sistem genitalia meliputi sistem di dalam reproduksi yaitu proses dihasilkannya spesies baru oleh spesies sebelumnya, yang didahului oleh percampuran dengan perubahan gen dan ciri-ciri pada spesies sebelumnya itu nampak pada spesies baru (Rahardjo, 1990). Berdasarkan uraian di atas maka dianggap perlu dilakukan praktikum sehingga kita dapat mengetahui lebih jauh mengenai sistem urat daging, sistem peredaran darah dan sistem urogenitalia pada ikan. 1.2 Tujuan dan Manfaat 1. Untuk mengetahui letak dan bagian-bagian urat daging khususnya otot pada tubuh ikan. 2. Untuk mengamati letak bagian-bagian alat yang digunakan dalam proses peredarah darah pada ikan, termasuk didalamnya insang, jantung dan bagian-bagiannya. 3. Untuk mengamati letak alat-alat yang digunakan dalam proses ekskresi (pengeluaran) dan reproduksi (pembiakan) ikan. Manfaat pada praktikum untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahun serta jenis-jenis sistem peredaran darah, sistem urat daging dan sistem urogenitali II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ikan 1. Ikan Cakalang (kastuwonus pelamis) Klasifikasi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis), menurut Widyako (1990) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Fylum:Chordata Class: Pisces Order :Perciformes Genus : Katsuwonus Species : Katsuwonus pelamis ` (Dok. Pribadi, 2013) Gambar 15. Morfologi ikan cakalang (Kastuwonus pelamis) 2. Ikan selar kuning Klasifikasi ikan selar kuning (Selaroides leptolepis), menurutValenciennes (1833) adalah sebagai berikut : Fylum : Chordata Class :Actinopterygii Order : Percomorphi Family : Carangidae Genus : Selaroides Species : Selaroides leptolepis (Dok. Pribadi, 2013) Gambar 16. Morfologi ikan selar kuning (Selaroides leptolepis) 2.2 Sistem Urat Daging Urat daging ikan yang tampak merupakansuatu satu kesatuan yang tersusun dari komponen-komponenpenyusunnya.Blok urat daging disebut Myotome dan kumpulandari myotome disebut Myosepta. Urat daging (otot) pada ikan tersebar hampir diseluruh tubuhnya sehingga urat daging pada tubuh ikan mempunyai peranan dan fungsi yang sesuai dengan letak/posisi dalam tubuh (Nadia, dkk., 2009). Urat daging berhubungan terutama dengan rahang dan tulang lengkung insang, urat daging sirip tunggal berfungsi untuk menggerakkan sirip, urat daging licin terdapat pada anus, arteri, mata dan pada saluran pencernaan/eksresi sedangkan pada urat daging jantung disebut micocardium (Rahardjo, 1990). Sistem urat daging (otot) pada ikan terbagi atas 3 berdasarkan strukturnya yaitu otot polos, otot bergaris dan otot jantung.Berdasarkan penempelannya otot juga dibagi atas 2 yaitu otot yang menempel pada rangka (otot bergaris) dan otot yang tidak menempel pada rangka (otot polos dan otot jantung).Berdasarkan fungsinya juga otot dibagi atas 2 tipe, yaitu otot yang bekerja di bawah rangsangan otak (voluntary) dan kerjanya tidak di bawah rangsangan otak (involuntary) (Burhanuddin, 2008 dalamNadia, 2009). 2.3 Sistem Peredaran Darah Sistem peredaran dari terdiri dari jantung yang merupakan pusat pemompa darah, vena (membawa darah ke jantung), arteri (membawa darah dari jantung) dan kapiler yang menghubungkan arteri dengan vena.Darah merupakan suatu fluida yang dinamakan plasma tempat beberapa substansi terlarut, eritrosit, leukosit dan beberapa bahan tersuspensi lainnya (Effendy, 1991). Sistem peredaran darah pada ikan bersifat satu jalur sirkulasi (bersifat tunggal) yaitu peredaran darah dari jantung ke insang dan disebar keseluruh tubuh dan kemudian kembali kejantung.Fungsi utamajantung yaitu untuk memompakan darah yang berkadar oksigen rendah ke insang dan mengikat oksigen kemudian disebarkan ke seluruh tubuh (Rahardjo, 1990). Pada proses peredaran darah, darah dari seluruh tubuh yang mengandung CO2 (Karbodioksida) kembali ke jantung melalui vena dan berkumpul di sinus venosus kemudian masuk ke serambi. Selanjutnya, darah dari serambi masuk ke bilik dan dipompa menuju insang melewati konus arterious, aorta ventralis, dan empat pasang arteri aferen brakialis.Pada arteri aferen brakialis.Oksigen diikat oleh darah, selanjutnya menuju arteri eferen brakialis dan melalui aorta dorsalis darah diedarkan ke seluruh tubuh. Di jaringan tubuh, darah mengikat CO2 (Karbodioksida) Dengan adanya sistem vena, darah di kembalikan dari bagian kepala dan badan menujujantung. Vena yang penting misalnya: vena cardinalisposterior dan vena cardinalis posterior (membawa darah dari kepala dan badan), vena porta hepatika (membawa darah dari tubuh melewati hati),vena porta renalis (membawa darah dari tubuh melewati ginjal). Peredaran darah pada ikan disebut peredaran darah tunggal karena darah hanya satu kali melewati jantung (Yushinta, 2006). 2.4 Sistem Urogenitalia Hormon klasistokimia yang terdapat pada ikan-ikan memacu keluarnya getah empedu dari hati.Pengeluaran getah empedu tersebut melalui pembuluh hepatikus yang kemudian di tampung didalam kantung empedu. Dinding usus ersebut juga mengeluarkan hormon sakretin dan pankreozinin, sakretin akan memacu pengeluaran getah empedu dan getah pangkreas (Junianto, 2003). Sistem urogenitalia merupakan kombinasi dari sistem urinaria (eksresi) dan sistem genetalia (reproduksi).Sistem urinaria jika merupakan penghubung sisa hasil metabolisme baik melalui anus, kulit maupun melalui alat eksresi khususnya ginjal.Organ yang termasuk dalam sistem urogenetalia adalah ginjal, wolfian duct.Urinaria kadder dan urinaria papia (Bond, 1979). Sistem urogenitalian meliputi sistem didalam reproduksi yaitu proses yang dihasilkannya spesies baru oleh spesies sebelumnya, yang didahului oleh pencampuran dengan perubahan gen dan ciri-ciri pada spesies sebelumnya itu nampak pada spesies baru. Alat reproduksi pada ikan terbagi atas 2 yaitu jantan dan betina.Alat reproduksi jantan meliputi testis, vas deverens, genital pore (lubang genitel), sedangkan alat reproduksi betina meliputi ovary dan oviduct (Burhanuddin, 2008). III. METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 20Maret 2013, pukul 12.30-14.30 WITA, bertempat di Laboratorium Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari. 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel6.Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Sistem UratDaging,Sistem Peredaran Darah dan Sistem Urogenitalia. No. Nama Alat dan Bahan Kegunaan 1. Alat - Baki Meletakkan organisme yang diamati - Pinset Mengambil organisme yang diamati - Alat tulis Menggambar hasil pengamatan - Gunting Menggunting bahan yang diamati - Pisau Untuk membedah ikan - Termos Tempat penyimpanan air panas 2. Bahan -Ikan cakalang Organisme yang diamati (Katsuwonus pelamis) - Ikan selar kuning Organisme yang diamati (Selaroides leptolepis) 3.3 Prosedur Kerja Prosedur kerja pada praktikum ini dapat dilihat sebagai berikut : 1. Sistem Urat Daging pada Ikan - Memisahkan Ikan berdasarkan jenisnya. - Mengamati urat daging pada bagian luar dari tubuh ikan, maka harus dilakukan pengelupasan kulit. Ada 2 cara pengelupasan kulit yaitu ikan direndam air panas dan ikan tidak direndam dengan air panas. 2. Sistem Peredaran Darah - Melakukan pembedahan seperti pada waktu melihat alat pencernaan tetapi pembedahan dasar perut diteruskan sampai kedekat insang untuk mempermudah pengambilan jantung. - Menggunting bagian depan bulbus arteriosus, cabang ductuscuvieri serta vena hepatica, keluarkan jantung kemudian masukkan kedalam larutan fisiologi agar kontraksi jantung dapat tahan lama. 3. Sistem Urogenitalia - Melakukan pembedahan seperti pada waktu pengamatan alat pencernaan makanan, kemudian keluarkan saluran pencernaan tersebut agar mudah untuk pengerjaan selanjutnya. - Keluarkan testes atau ovarium yang akan diamati dengan menggunakan gunting untuk memotong dan pingset untuk menarik keluar. - Gunakan mikroskop untuk mengamati sperma dan telur.   IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan 1. Sistem Urat Daging - Hasil pengamatan sistem urat daging pada ikan cakalang (K. pelamis) Keterangan: 1. Supracarinalis 2. Myomer (Myoseptum) 3. Myotome 4. Corpus abdominis 5. Septum horizontal 6. Cavum ladominis Gambar17.Sistem Urat Daging pada Ikan cakalang (K. pelamis). - Hasil pengamatan pada potongan urat daging melintang ikancakalang (K. pelamis) Keterangan: 1. Myomer 2. Myotome Gambar 18. Potongan urat daging melintang ikan cakalang (K. pelamis) 2. Sistem Peredaran Darah - Hasil pengamatan sistem peredaran darah pada ikan cakalang (K. pelamis) Keterangan: 1. Atrium 2. Sinus venosusu 3. Bulbus 4. Ventricle 5. Apex Gambar 19.Sistem Peredaran Darah pada Ikan cakalang (K. pelamis). 3. Sistem Urogenitalia - Hasilpengamatan sistem urogenitalia ikan selar kuning (Selaroides leptolepis) Keterangan: 1. Testes 2. Baldder 3. Urinary papilla 4. Genital pore 5. Ginjal Gambar 20. Sistem orogenitalia Ikan selar kuning (Selaroides leptolepis) 4.2 Pembahasan 1. Sistem Urat Daging Sistem urat daging atau sistem otot pada ikan secara fungsional otot ini dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang dibawah rangsangan otak dan yang tidak dibawah rangsangan otak. Pada prinsipnya ikan mempunyai tiga macam urat daging atau otot berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu: otot polos, otot bergaris, dan otot jantung (Sri Najiati, 1992). Urat daging ikan yang tampak merupakan suatu satu kesatuan yang tersusundari komponen-komponen penyusunnya.Blok urat daging disebut Myotome dan kumpulan dari myotome disebut Myosepta.Urat daging (otot) pada ikan tersebar hampir diseluruh tubuhnya sehingga urat daging pada tubuh ikan mempunyai peranan dan fungsi yang sesuai dengan letak/posisi dalam tubuh. Pengamatan sistem urat daging dilakukan pada ikan cakalang (K. pelamis) tampak dari samping otot pada ikan ini berbentuk seperti segitiga dimana ujung pada garis-garis tersebut meruncing. Garis-garis tersebut tersusun dari blok urat daging yang disebut myotome dan kumpulan dari myotome-myotome tersebut dinamakan myoseptum. Hal inisesuai dengan pernyataan Nadia, dkk., (2009) yang meyatakan bahwa blok urat daging disebut myotome dan kumpulan dari myotome disebut myoseptum. Setelah dilakukan pembedahan pada bagian tengah ikan, terlihat jelas susunan otot pada ikan tersebut. Berdasarkan letaknya, urat daging pada ikan dibedakan atas dua yaitu urat daging Epaxial yaitu urat daging yang komponennya berada pada bagian atas tubuh ikan dan Hepaxial yaitu urat daging yang komponennya berada pada bagian bawah tubuh ikan. Selain itu, terdapat pula redratelaral muscle yang merupakan daging yang berwarna merah tua (Sri Najiati, 1992). 2. Sistem Peredaran Darah Proses peredaran darah pada ikan cakalang sama dengan ikan pada umumnya, yaitu darah yang kaya CO2 dari seluruh tubuh kembali ke jantung melalui vena dan berkumpul di sinus venosus kemudian masuk ke atrium, dilanjutkan ke ventrikel dan dipompa menuju insang melewati konus arteriosus. Di insang oksigen diikat dan CO2 dilepaskan, kemudian masuk ke aorta dorsalis dan diedarkan ke seluruh tubuh, lalu kembali ke jantung melalui vena (Sri Najiati, 1992). Pengamatan sistem peredaran darah dilakukan pada ikan cakalang (K.pelamis).Pada pengamatan ini difokuskan kepada jantung dikarenakan jantung memiliki peranan yang sangat besar pada proses peredaran darah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahardjo (1990) yang meyatakan bahwa fungsi utama jantung yaitu untuk memompakandarahyang berkadar oksigen rendah ke insang dan mengikat oksigen kemudian disebarkan ke seluruh tubuh. Sistem peredaran darah pada ikan bersifat satu jalur sirkulasi (bersifat tunggal) yaitu peredaran darah dari jantung ke insang dan disebar keseluruh tubuh dan kemudian kembali ke jantung. Darah merupakan suatu fluida yang dinamakan plasma tempat beberapa substansi terlarut, eritrosit, leukosit dan beberapa bahan tersuspensi lainnya ( Junianto, 2003). Darah adalah suatu fluida yang dinamakan plasma tempat beberapa substansi terlarut, eritrosit, leukosit dan beberapa bahan tersuspensi lainnya(Effendy, 1991 dalamNadia).Sistem peredaran darah pada ikan berupasatu jalursirkulasi atau bersifat tunggal yaitu peredaran dari jantung ke insang,kemudian keseluruh tubuh dan kembali ke jantung. 3. Sistem Urogenitalia Sistem urogenitalia merupakan kombinasi antara sistem urinaria (ekskresi) dan sistem genitalia (reproduksi).Sistem urinaria meliputi pembuangan hasil sisa metabolisme, baik melalui usus dan kulit (sebagian kecil) maupun melalui alat ekskresi khususnya ginjal (sebagian besar). Sistem genitalia meliputi sistem didalam reproduksi yaitu proses dihasilkannya spesies baru oleh spesies sebelumnya, yang didahului oleh percampuran dengan perubahan gen dan ciri-ciri pada spesies sebelumnya itu nampak pada spesies baru. Pada pengamatan ikan selar kuning (Selaroides leptolepis)terdapat testis, vas deverens, ureter dan ginjal.Testis dan vas deverens merupakan organ reproduksi pada jantan sedangkan ovarium dan oviduct merupakan organ kelamin pada betina.Ginjal dan ureter merupakan organ ekskresi pada ikan baik yang berkelamin jantan maupun yang berkelamin betina.Hal ini sesuai pernyataan Burhanuddin, (2008) yang menyatakan bahwa alat reproduksi jantan meliputi testis, vas deverens, genital pore (lubang genitel), sedangkan alat reproduksi betina meliputi ovary dan oviduct.Selain itu, Bond (1979) juga menyatakan bahwa organ yang termasuk dalam sistem urogenetalia adalah ginjal, wolfian duct, urinaria kadder dan urinaria papia. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Sistem urat daging pada ikan terbagi atas 3 bagian yaitu otot polos, otot bergaris dan otot jantung. Blok urat daging disebut Myotome dan kumpulan dari myotome disebut Myosepta. 2. Sistem peredaran darah pada ikan terbagi atas beberapa bagian yaitu; atrium, sinus venosusu, bulbus, ventricle, apex. 3. Sistem urogenitalia merupakan gabungan antara sistem urinaria dan sistem genitalia. Sistem urinaria meliputi organ ginjal, wolfian duct, urinaria bladder dan urinaria papilla, sedangkan sistem genitalia meliputi organ kelamin jantan seperti testis, vas deverens dan genital pore dan organ kelamin betina seperti ovarium dan oviduct. 5.2 Saran Saran yang dapat saya ajukan yaitu agar waktudalam pembacaan soal dan menjawab soal respon lebih diperpanjang karenawaktu respon yang diberikan sangatsingkat sehingga praktikan terkesan terburu-buru dalam menjawab sehingga mengakibatkan praktikan tidak konsen dalam menjawab soal. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rangka merupakan struktur yang berfungsi utama sebagai untuk penyokong tubuh dan berfungsi sebagai pemeberi bentuk tubuh, alat gerak pasif, pelindung bagian tubuh yang lemah, misalnya hati, jantung dan lain-lain.Salah satu tempat pembuatan darah dan alat penyalur sperma pada jenis ikan tertentu. Sedangkan pada osifikasi merupakan proses pembentukan tulang (proses penulangan) dari tulang rawan menjadi tulang sejati. Pada sistem rangka meliputi : tulang belakang, jaringan pengikat tulang sejati, sisi, jari-jari sirip dan komponen gigi dan sebagai penyokong sel dan sistem saraf (Yusnaini, dkk., 2007). Pada beberapa ikan modifikasi tulangpenyokong sirip menjadi penyalur sperma ke dalam saluran reproduksi ikan betina.Rangka yang menjadi penegak tubuh ikan ada yang terdiri dari tulang sejati dan tulang rawan. Sebagian besar teleostei pada mulanya dibentuk melalui tahap tulang rawan kemudian tulang sejati dalam bentuk khusus melalui proses osifikasi. Rangka pada ikan dibedakan ke dalam tiga bagian pertama adalah rangka axial terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung dan tulang rusuk.Bagian kedua adalah rangka viceral meliputi tulang lengkung insang dan derifat-derifatnya. Bagian yang ketiga adalah rangka pada “ appendicular ” yaitu terdiri dari jari-jari sirip dan pelekat-pelekatnya (Ommaney, 1982). Sistematika atau taksonomi adalah suatu ilmu tentang klasifikasi organisme. Sifat yang diidentifikasi disesuaikan dengan bagian-bagian dari nomor dan dilanjutkan pada nomor tanda-tanda ikan untuk menentukan sub kelas, ordo, sub ordo, divisio familia, genus, sub genus, dan spesies ikan. Umumnya ordo tidak mempunyai sub ordo, divisi, sub famili dan sub genus. Dalam mengklasifikasikan suatu ikan, perbedaan-perbedaannya terdapat pada: kedudukan hirarki dari kategori yang sama, baik disebabkan oleh karena perbedaan dalam ciri-ciri yang menentukan dipakai sebagai dasar penamaan, maupun yang disebabkan oleh penggunaan kata-kata latin, dan penggolongan kelompok dalam kategori (Nybakken 1992). Sehingga dengan adanya pernyataan-pernyataan di atas, maka dibutuhkan suatu pengamatan dan klasifikasi ikan secara langsung untuk lebih mengetahui tehnik identifikasi dan mengamati secara langsung sistem rangka pada ikan. 1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengamati letak, jenis-jenis, bagian-bagian dan susunan tulang pada ikan. 2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengidentifikasi dan mengklasifikasi suatu jenis ikan. Manfaat pada praktikum untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahun serta jenis-jenis sistem rangka, identifikasi dan sistematika ikan. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Klasifikasi Ikan Klasifikasi ikan kaka tua menurut Suyanto (2008), adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas :Actinopterygii Ordo :Perciformes Famili:Scaridae Genus :Callyodon Species:Callyodon cyanognathus Gambar 21.Morfologi ikan Kakatua(Callyodon cyanognathus) 2.2 Sistem Rangka Rangka pada ikan memiliki sistem yang meliputi hal-hal sebagai berikut : tulang belakang, jaringan pengikat, tulang sejati, sisi, jari-jari sirip dan beberapa komponen gigi serta penyokong sel dan sistem saraf. Tiap-tiap ruas pada daerah badan dilengkapi oleh sepasang tulang rusuk kiri dan tulang rusuk kanan untuk melindungi organ-organ di dalam rongga badan (Sanin, 1993). Rangka pada ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau menyokong organ-organ tubuh dan berungsi pula dalam pebentukan butir-butir darah merah. Pada ikan atau beberapa jenis ikan modifikasi tulang penyokong sirip menjadi penyalur sperma ke dalam saluran reproduksi ikan betina. Rangka yang menjadi penegak tubuh ikan ada yang terdirii dari tulang sejati dan ada yang terdiri dari tulang rawan saja. Seluruh rangka-rangka Elasmbranchi terdiri dari tulang rawan sedangkan Osteichthyes terdiri dari tulang sejati. Rangka ikan dari tulang tengkorak, tulang punggung dan tulang rusuk. Kedua rangka viceral meliputi semua bagian tulang lengkung insang dan derivatnya. Ketiga rangka apendicular yaitu sirip dan pelekat-pelekatnya. Tulang punggung pada daerah dilengkapi oleh sepasang tulang rusuk kiri dan kanan untuk melindungi organ-organ di dalam rongga badan. Pada batang ekor tiap ruasnya di bagian bawah hanya terdapat satu cucuk haemal. Di bagian atas ruas tulang punggung cucuk neural (Rahardjo, 1980). Rangka menjadi penegak tubuh ikan yang terdiri dari tulang sejati dan tulang rawan. Seluruh rangka elasmobranchi terdiri dari tulang rawan, sedangkan osteyctes terdiri dari tulang sejati. Rangka ikan dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu rangka axial, yang terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung, dan tulang rusuk. Kedua yaitu, rangka yang disebut visceral yang meliputi emua bagian tulang lengkung insang dan semua derivatnya. Ketiga yaitu, rangka yang dinamakan appendicular yang terdiri dari sirip dan pelekatnya (Rahardjo, 1980). Rangka terdiri dari tulang rawan yang diperkuat oleh pelekat-pelekat tulang yang terbentuk didalam kulit. Pelekat tulang ini bersatu dengan tengkorak atau terbuat dari tulang rawan dan mulut sebelah bawah (Saanin, 1968) 2.2 Identifikasi dan Sistematika Ikan Sistematika atau taksonomi ialah suatu ilmu tentang klasifikasi organisme. Sifat dan tanda yang diidentifikasikan disesuaikan dengan bagian-bagian dari nomor dan dilanjutkan pada nomor tanda-tanda ikan untuk menentukan sub kelas, ordo, sub ordo, divisio, familia, genus, sub genus dan spesies ikan (kalau perlu varians) (urutan tersebut yang paling lengkap). Umumnya ordo tidak mempunyai sub ordo, divisi, sub famili dan sub genus (Saanin, 1984). Umumnya ordo tidak mempunyai sub ordo, divisio, sub famili dan sub genus. Dalam mengklasifikasi suatu jenis ikan, terdapat perbedaan-perbedaan hirarki dari berbagai kategori-kategori, perincian dari kategori yang sama baik disebabkan oleh karena perbedaan dalam ciri-ciri yang menentukan sebagai dasar penamaan, maupun yang disebabkan oleh penggunaan kata-kata bahasa latin (Ommaney, 1982). Perbedaan-perbedaan dalam mengklasifikasikan suatu ikan yaitu kedudukan hirarki dari berbagai kategori, pencirian dari kategori yang sama, perbedaan dari kategori yang sama dan penggolongan kelompok dalam kategori yang sama. Jumlah sirip pada ikan berbeda-beda sesuai dengan letak dan fungsimasing-masing (Rahardjo, 1990). III. METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 28Maret 2013. Pukul 13.30-15.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari. 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 7.Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Sistem Rangka,Identifikasi dan Sistematika Ikan. No Alat dan Bahan Kegunaan 1. 2. Alat - Pisau bedah/cutter - Lap halus dan lap kasar - Buku gambar - Toples Bahan - Ikan kakatua (Callyodon cyanognathus) - Ikan kakap merah (Lutjanus argntimaculatus) - Alkohol70% Alat memotong obyek Alat pembersih Alat menggambar obyek Tempat mengawetkan Ikan Sebagai obyek yang diamati Sebagai bahan/larutan pengawet preparat ikan 3.3 Prosedur Kerja Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut : 1. Sistem Rangka - Merebus ikan dalam air mendidih sampai beberapa saat tetapi daging tidak sampaiterlepas,kemudian angkat dan rendam ke dalam larutan NaOH 2-4%. - Periksa setelah 8-12 jam dan dikelupas dagingnya, jika masih sulit dikelupas maka lanjutkan perendaman dengan dua cara yaitu : menurunkan konsentrasi larutan tetapi tetap dengan jangka waktu pemeriksaan yang lebih cepat. - Membuang daging dengan pinset dan bersihkan sisanya yang masih menempel di tulang dengan sikat keras, kemudin setelah bersih keringkan dan susun yang benar. 2. Identifikasi dan sistematika Ikan - Menyediakan preparat yang ada dan buku identifikasinya. Kemudian amati morfologinya. - Mengamati dan menghitung sirip punggung (D), Sirip ekor(C), Sirip dubur (A), Sirip dada (P) dan Sirip perut (V) dan morfologi lainnya. Masukkankedalam rumus identifikasi. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan 1. Sistem Rangka - Hasil pengamatan pada sistem rangka ikan kakatua(Callyodon cyanognathus) Gambar 22. Sistem Rangka Ikan kakatua(Callyodon cyanognathus) Keterangan : 1. Paraspenoid 9. Symplectic 2. Homocercal tail in 10. Opercle 3. First caudal vertebra 11. Soft-rayed dorsal pin 4. Anal fin 12. Neural spin 5. Ultimate vertebrata 13. Branched soft-ray or caudal fin 6. Spny ayed dorsal fin 14. Hemal spines 7. Pterygiophore (proximal part) 15. Frontal 8. Pterygiophore (distal part) Tabel 8. Pengamatan Pada Identifikasi dan Klasifikasi pada ikan kakap merah No Parameter Jenis ikan Ikan kakap merah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Jari-jari lemah sirip dorsal Jari-jari keras sirip dorsal Jari-jari lemah sirip pektoral Jari-jari keras sirip pektoral Jari-jari lemah sirip anal Jari-jari keras sirip anal Jari-jari lemah caudal fin Jari-jari sirip ventral 13 11 13 3 8 2 17 15 - Hasil pengamatan identifikasi dan klasifikasi pada ikan kakap merah Gambar 23. Morfologi Ikan kakap merah Keterangan : 1. Mulut 7. Sirip punggung 2. Mata 8. Keel 3. Overculum 9. Kepala (caput) 4. Sirip dada 10. Badan (abdomen) 5. Sirip perut 11. ekor 6. Sirip dubur 4.2 Pembahasan 1. Sistem Rangka Rangka menjadi penegak tubuh ikan yang terdiri dari tulang sejati dan tulang rawan. Seluruh rangka elasmobranchi terdiri dari tulang rawan, sedangkan osteyctes terdiri dari tulang sejati. Rangka ikan dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu rangka axial, yang terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung, dan tulang rusuk. Kedua yaitu, rangka yang disebut visceral yang meliputi emua bagian tulang lengkung insang dan semua derivatnya. Ketiga yaitu, rangka yang dinamakan appendicular yang terdiri dari sirip dan pelekatnya (Rahardjo, 1980). Rangka terdiri dari tulang rawan yang diperkuat oleh pelekat-pelekat tulang yang terbentuk didalam kulit. Pelekat tulang ini bersatu dengan tengkorak atau terbuat dari tulang rawan dan mulut sebelah bawah (Saanin, 1968). Pada pengamatan rangka ikan kakatua mulai dari kepala sampai ujung ekor terdiri atas bagian : Paraspenoid, Symplectic, Homocercal tail in, Opercle, First caudal vertebra, Soft-rayed dorsal pin, Anal fin, Neural spin, Ultimate vertebrata Branched soft-ray atau caudal fin, Spny ayed dorsal fin, Hemal spines, Pterygiophore (proximal part), Frontal, Pterygiophore (distal part). Bagian-bagian dari rangka itu tersusun dari tulang sejati atau tulang rawan. Pada pengamatan kepala tulang tengkorak ikan kakaua, terdapat Prootic, Fronta, Alisphenoid, Infraorbitals, Parasphenoid, Prefrontal, Lachryml, Nasal, Dermethmoid, Premaxilla, Dentary, maxilla, Mesopterygoid, Pterygoid, Articular, Quadrate, Agular, Panental, Supraoccipital, Sphenotic, Epoic, Posttemporal, Pterotic, Supraclenthrum, Clenthrum, Scapula, Subopercle, Opercle, Interopercle, Preopercle, Branchiostegals, Hyomandibular, Symplectic dan Metapterygoid. Sedangkan pada tulang bagian perut terdapat beberapa bagian yaitu neural spine, Neural arch, Neural canal, Centrum, Transverse processes, Fused transverse processes, Hemal canal, Neural arch, Hemal arch, dan Hemal spine. 2. Identifikasi dan Sistematika Ikan Identifikasi pada ikan dapat dilakukan dengan cara memperhatikan sifat-sifat, ciri-ciri (tanda), bentuk, bagian tubuh dan anatomi ikan. Sifat-sifat umum ikan dalam pengidentifikasian yang terpenting berupa rumus-rumus sirip yaitu suatu rumus yang menggambarkan bentuk dan jumlah jari-jari sirip serta bagaimana bentuk sirip-sirip tersebut, perbandingan antara panjang, lebar dan tinggi pada bagian-bagian tubuh tertentu, bentuk garis rusuk dan jumlah sisik yang membentuk garis rusuk tersebut, hal tersebut sesuai dengan pernyataan (Almasjah, 1974). Identifikasi pada ikan kakap merah adalah sebagai berikut : Pada pengamatan identifikasi dan sistematika ikan yang digunakan ikan kakap merah. Pada ikan kakap merah merupakan bentuk compressed yang dimana pada tubuhnya terdapat mulut, Sepasang mata, Sirip Punggung, Mata, Keel, Operculum, Kepala (caput), Sirip dada, Badan (abdomen), Sirip perut, ekor dan Sirip dubur yang dimana pada tiap-tiap bagian yang terdapat dalam tubuh ikan ini memiliki fungsi yang berbeda. Dalam mengidentifikasi ikan hal-hal yang harus diperhatikan adalah kingdom, phylum, class, ordo, family, genus, spesies. Hal ini didukung oleh Saanin (1984), menyatakan bahwa sifat dan tanda yang diidentifikasikan disesuaikan dengan bagian-bagian dari nomor dan dilanjutkan pada nomor tanda-tanda ikan untuk menentukan sub kelas, ordo, sub ordo, divisio, familia, genus, sub genus, dan spesies. Dalam pengamatan Identifikasi dan Sistematika Ikan.Ikan yang digunakan adalah Ikan Kakap Merah(Lutjanus argntimaculatus), dimana Klasifikasi Ikan Kakap Merah ini adalahKingdom :Animalia, Filum : Chordata, Kelas : Pisces, Ordo : Percomorphi, Famili : Lutjanidae,Genus : Lutjanus, Spesies : Lutjanus argentimaculatus. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Sistem rangka yang terdapat dalam tubuh ikan kakatua (C. cyanoghnatus) memiliki tulang telestoi(bertulang sejati) yang terdiri dari tulang rahang atas depan, tulang tutup insang, ruas tulang punggung bagian badan, ruas bagian punggung bagian ekor, tulang pangkal sirip ekor, tulang iga, lengkung sirip dada, tulang sirif perut, tulang tambahan tutup insang dan tulang rahang bawah. b. Klasifikasi ikan kakap merah yaitu kingdom : Animalia, Filum : Chordata, Kelas : Pisces, Ordo : Percomorphi, Famili : Lutjanidae, Genus : Lutjanus, Species : Lutjanus argentimaculatus 5.2 Saran Saran yang dapat saya berikan adalahbuku-buku tentang identifikasi dan sistematika pada ikan agar diperbanyaksehingga dalam berlangsungya praktikum dapat berjalan dengan lancar.

Vrydag 10 Mei 2013

.Buka youtube dan pilih video 2.Pause 3.Klik Bagi, diantara Tentang dan Tambahkan ke 4.Pilih menu Sematkan 5.Copy kodenya code video from youtube for blog 6.Buat post dengan memilih Entri di dashboard 7.Klik 1x HTML, disebelah kanan Compose 8.Paste kode tadi Untuk merubah lebar: ganti angka warna merah contoh: width="420" Sedangkan tinggi: ganti warna biru contoh: height="315" Untuk memasukkan video ke halaman blog, bukan post: Tambahkan Gadget di sidebar atau footer yang berada dimenu Tata Letak Pilih HTML/JavaScript Paste kode yang sudah diambil tadi, dari youtube Simpan

Vrydag 26 April 2013


                                                                                                                                                 I.          PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Ikan merupakan hewan yang banyak bersinggungan dalam kehidupan manusia di bumi. Kehidupannya di dalam air, baik air tawar maupun air asin dan nyaris tak terlihat. Ukuran dan bentuk tubuhnya sangat beragam.
Urat daging ikan yang tampak merupakan suatu satu kesatuan yang tersusun dari komponen-komponen penyusunnya. Blok urat daging disebut Myotome dan kumpulan dari myotome disebut Myosepta.  Urat daging (otot) pada ikan tersebar hampir diseluruh tubuhnya sehingga urat daging pada tubuh ikan mempunyai peranan dan fungsi yang sesuai dengan letak/posisi dalam tubuh (Nadia, dkk., 2009).
Pernafasan merupakan proses pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida dalam suatu organisme hidup. Alat pernafasan pada ikan secara umum adalah ingsang dengan pengecualian pada beberapa jenis ikan yang mempunyai alat pernapasan paru-paru selalu menggunakan ingsang. Belum berfungsinya ingsang pada saat embrio, maka pernapasan dilakukan dengan menggunakan kantung telur.
            Saluran pencernaan adalah organ-organ yang bekerja langsung dalam proses pencernaan dan penyerapan makanan. Organ pencernaan berperan pula dalam proses osmoregulasi dan penggelembungan tubuh. Organ pencernaan pada ikan dibedakan menjadi dua bagian yaitu saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. 
            Dengan demikian, berdasarkan latar belakang tersebut maka praktikum tentang Sistem Urat Daging, Sistem Pernafasan dan Sistem Pencernaan penting untuk dilakukan.  

1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.    Sistem Urat Daging
             Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati letak dan jenis-jenis urat daging yang terdapat dalam tubuh ikan.
Manfaat dari praktikum sistem urat daging ini yaitu kita dapat melihat langsung letak dan jenis-jenis urat daging yang terdapat dalam tubuh ikan dan sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai sistem urat daging.
2.      Sistem Pernafasan
      Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati letak bagian-bagian alat yang digunakan dalam proses pernafasan yang meliputi insang serta ada atau tidaknya alat pernafasan tambahan yang biasanya terdapat pada beberapa jenis ikan tertentu.
      Manfaat dari praktikum Sistem Pernafasan ini yaitu kita dapat melihat secara langsung letak bagian-bagian alat yang digunakan dalam proses pernafasan dan sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai Sistem Pernafasan.



3.      Sistem Pencernaan
            Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati bentuk dan letak bagian-bagian alat pencernaan makanan pada beberapa golongan ikan serta melihat ada atau tidaknya modifikasi yang terjadi pada alat pencernaan tersebut.
Manfaat dari praktikum Sistem Pencernaan ini yaitu kita dapat mengamati  secara langsung bentuk dan letak bagian-bagian alat pencernaan pada ikan dan sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu pengetahuan tentang Sistem Pencernaan.







II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Klasifikasi
1.  Ikan Cakalang (katsuwonus pelamis)
          Klasifikasi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis), menurut Widyako (1990) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animali
            Filum : Chordata
            Kelas : Pisces
                      Ordo : Perciformes
                                   Famili : Scombridae
DSC02220                                               Genus : Katsuwonus
                                                                      Species : Katsuwonus pelamis

Gambar 7. Morfologi ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)










2.  Ikan layang (Decapterus russelli)
Klasifikasi ikan Layang (Decapterus russelli) menurut Genisa (1998) dalam Rahantan (2010) adalah sebagai berikut:
Kongdom : Animalia
            Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo: Perchomorphi
Famili : carangidae
Genus : Decapterus
Spesies : Decapterus russelli
Gambar 8. Morfologi ikan Layang (Decapterus russelli)

2.2.      Sistem Urat Daging
Sistem urat daging atau sistem otot pada ikan secara fungsional otot ini dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang dibawah rangsangan otak dan yang tidak dibawah rangsangan otak. Pada prinsipnya ikan mempunyai tiga macam urat daging atau otot berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu: otot polos, otot bergaris, dan otot jantung. Dari penempelannya juga bisa dibedakan menjadi dua yaitu otot menempel pada rangka yaitu otot bergaris dan yang tidak menempel pada rangka yaitu otot jantung dan otot polos (Jaelani, 2011).
           Pada sistem urat daging juga yang menarik adalah organ listrik pada beberapa ikan yang pada vertebrata lainnya tidak ada Urat daging sirip tunggal berfungsi untuk menggerakkan sirip-sirip terebut. Urat daging licin terdapat pada usus, arteri, mata dan pada saluran eksresi, sedangkan pada urat daging jantung berwarna tua dengan kontraksi otot bersifat involuntary (tidak dibawah ransangan otak). Pada prinsipnya ikan mempunyai tiga urat daging (Yasin, 1990).
            Urat daging pada ikan terlihat seperti tersusun atas blok-blok. Blok-blok ini dinamakan myotome sedangkan kumpulan dari blok urat daging ini dinamakan myosepta. Urat daging pada ikan terbagi menjadi urat daging bagian atas (epaxial) dan urat daging bagian bawah (myosepta). Kedua urat daging ini dipisahkan oleh jaringan ikan yang disebut horizontal septum. Urat daging pada ikan terbagi atas Otot polos (urat daging licin), otot jantung dan otot bergaris (Yusnaini, dkk., 2011).
2.3.      Sistem Pencernaan
            Saluran pencernaan (tractus digetivus) pada ikan dimulai dari mulut dan berakhir di anus. Secara umum alat pencernaan pada ikan meliputi : mulut (mouth) dan rongga mulut, faring (pharynx), esofagus, lambung, pilorus, usis dan anus. Fungsi utama pencernaan makanan adalah untuk menghancurkan makanan menjadi zat yang terlarut sehingga makanan tersebut mudah diserap dan kemudian digunakan dalam proses metabolisme. Prose pencernaan terjadi dalam dua bentuk, yaitu secara fisik (terutama dalam rongga mulut dan lambung), serta secara kimiawi (terutama dalam lambung dan usus). Alat pencernaan dalam ikan berhubungan erat dengan jenis makanannya ehingga terdapat beberapa adaptasi alat pencernaan makanan terhadap makanannya yang dapat digunakan untuk membedakan spesies satu dengan yang lainnya. Alat pencernaan makanan yang sering mengalami modifikasi adalah bibir, gigi, mulut, dan lambung. (Yusnaini, dkk., 2011)
           Pencernaan makanan merupakan proses peyederhanaan makanan dari bentuk yang kompleks sehingga menjadi zat yang mudah diserap oleh tubuh.. Alat pencernaan pada ikan mempunyai kaitan yang erat dengan jenis makanan yang dimakan. Kelenjar pencernaan pada ikan meliputi hati dan pankreas. Hati merupakan kelenjar yang berukuran besar, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian depan rongga badan dan mengelilingi usus dan terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke arah punggung ( Rahardjo, 1990).
2.4. Sistem Pernafasan
Pernapasan adalah proses pertukaran oksigen dan karbondioksida antara organisme dengan lingkungannya atau proses pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida dalam suatu organism. Pernapasan merupakan proses pengikatan ojsigen dan pengeluaran karbondioksida oleh darah melalui permukaan organ pernapasan. Oksigen merupakan zat yang mutlak dibutuhkan oleh tubuh. Ikan yang hidup di dalam air yang miskin oksigen disamping melalukan pernapasan dengan insang, seluruh ususnya dapat berfungsi sebagai organ pernapasan( Nadia, 2009)
            Ikan membutuhkan oksigen dalam proses metabolismenya dan ikan membuang gas CO2 yang merupakan sisa hasil metabolisme dalam sel. Insang, yang merupakan alat pernafasan utama ikan, adalah tempat oksigen terlarut dalam air masuk ke dalam tubuh dan gas CO2 meninggalkan tubuh. Pengambilan oksigen secara efesien oleh ikan merupakan hal yang vital, karena kelarutan oksigen dalam air sangat rendah. Air hanya mengandung lebih kurang 3% dari oksigen per volume di atmosfer (Raharjho, 2011).





























III. METODE PRAKTIKUM
3.1.      Waktu dan Tempat
Pratikum ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 21 Mei 2012, pukul 13.00–14.30 WITA. Bertempat Di Laboratorium A, Jurusan Perikanan, Fakultas  Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo, Kendari.
3.2.      Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada pratikum ini dapat dilihat pada tabel 5 adalah sebagai berikut:
Tabel 5.  Alat dan bahan beserta kegunaannya yang digunakan pada pratikum
No
Alat dan Bahan        
     Kegunaan
A
Alat


-          Baki
Untuk meletakkan objek yang diamati

-          Gunting
Untuk membedahbagian-bagian tertentu dari tubuh

-          Pisau bedah
Untuk mengiris objek yang diamati

-          Pingset
Untuk menjepit objek yang diamati
B
Bahan


-          Ikan Cakalang                                            
      (Katsuwonus pelamis)
Objek yang diamati

-          Ikan Layang                                               (Decapterus russelli)
Objek yang diamati

3.3. Prosedur Kerja
1.  Urat Daging
-          Membuang semua sisik terutama pada bagian yang akan dikelupas kulitnya.
-          Ikan yang telah dikuliti kemudian direndam dengan air panas (mendidih) kira-kira 1-2 menit sampai ikan tersebut kejang dan kulitnya mudah terkelupas, perendaman jangan sampai terlalu lama sebab urat daging akan risak sehingga akan menyulitkan pengelupasan dan pengawetan.
-          Mengupas kulit ikan dengan menggunakan pisau atau kater.
-          Membuka beberapa keping tulang ikan pada bagian kepala untuk mengamati urat dagingnya.
2.  Sistem Pernafasan
-          Membuat  sayatan pada penutup ingsang terdepan (preoperculum ) dari dasar ke atas dan teruskan agak ke bagian depan sampai rongga bagian atas dapat dikelupas dan dapat dilihat alat  pernafasan tambahan.
-          Mengunting mulai dari pinggir mulut (sudut mulut) kearah belakang sampai mulut (rahang dapat dikuatkan dengan beban dan lipatan-lipatan kulit yang terdapat pada bagian rongga mulut dapat dilihat.
3.  Sistem Pencernaan
-          Menusuk gunting bedah dengan bagian yang tumpul kebagian anus, kemudian tubuhikan kearah rongga perut bagian atas.
-          Menggunting mencapai ujung rongga perut bagian atas terdepan (belakang kepala), gunting diarahkan kebagian bawah ampai kedasar perut kemudian membuka daging yang telah digunting tersebut sehingga organ-organ tubuh bagian dalam terlihat, dan alat pencernaan dapat dikeluarkan dari dalam tubuh.
-          Menggunting bagian bawah kepala hingga terbelah dua, potong bagian terdepan esofagus dan tariklah usus keluar kemudian potong ujung akhir anus,


IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  Hasil Pengamatan
1.      Sistem Urat Daging
           Pengamatan Sistem Urat Daging pada ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) adalah sebagai berikut:
    Keterangan:
1. Myotome
2. Myosepta



Gambar 9. Sistem urat daging ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
2.    Sistem Pernafasan                                                                                   
Pengamatan pada Sistem Pernafasan pada ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) adalah  sebagai berikut:
Keterangan:
1. Daun insang
2. Tulang lengkung insang
3. Tapis ingsang




Gambar 10. Sistem Pernafasan ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)
3.  Sistem Pencernaan
            Pengamatan Sistem Pencernaan pada ikan Layang (Decapterus russelli) adalah sebagai berikut:
Keterangan:
1.    Mulut
2.    Rongga mulut
3.    Faring
4.    Esopagus
5.    Lambung
6.    Pilorus
7.    Usus
8.    Anus


Gambar 11. Sistem Pencernaan ikan Layang (Decapterus russelli)
4.2. Pembahasan
1.    Sistem Urat Daging
            Urat daging ikan yang tampak merupakan kesatuan yang tersusun dari komponen-komponen penyusunnya. Urat daging memiliki blok-blok. Blok-blok ini dinamakan myotome. Kumpulan dari myotome ini dinamakan myosepta. Urat daging yang terdapat pada tubuh ikan terbagi oleh horizontal steletogeneus septrum menjadi urat daging bagian atas (epaxial) dan urat daging baian bawah (hypaxial). Urat daging pada ikan tersebar hamper di seluruh tubuhnya sehingga urat daging pada tubuh ikan mempunyai peranan dan fungsi yang sesuai dengan letak/posisi dan fungsinya dalam Otot merupakan sistem organ tubuh yang mempunyai peran sentral dalam gerak ikan.              dilihat dari struktur histologis  otot, ikan mempunyai tiga macam otot, yakni otot  brgaris, otot licin dan otot jatung sesusi pernyataan (Rahardjo, 2011) bahwa otot merupakan sistem organ tubuh yang mempunyai peran sentral dalam gerak ikan.       
         Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada ikan Cakalng (K. Pelamis) mengenai Sistem Urat Daging yang ada pada tubuh ikan cakalang dapat dilihat setelah perendaman dengan air panas dan pengupasan kulit luar. Sistem Urat Daging pada ikan Cakalng (K. Pelamis) terdiri dari myotome dan myosepta. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Yusnaini, 2011) yang menyatakan bahwa urat daging ikan yang tampak merupakan kesatuan, sebenarnya tersusun dari komponen-komponen penyusunnya, Blok urat daging disebut “Myotome”, dan kumpulan dari myotome disebut “Myosepta”.
            Otot yang terdapat pada kedua sisi tubuh ikan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu bagian atas (epaxial) dan bagian bawah (hypaxial). Kedua bagian tersebut dipisahkan oleh suatu selaput yang dinamakan “horisontal skeletogenous septum” (Rahardjo, 2011).                          
2.    Sis            tem pernafasan
            Alat pernapasan utama ikan adalah insang, tetapi ada jenis ikan tertentu seperti lung fish yang menggunakan paru-paru dan ada pula ikan yang menggunakan alat pernapasan tambahan seperti labirin.
            Sistem pernapasan ikan dengan mengambil oksigen yang terlarut dalam air yang mereka alirkan melewati insang. Mereka tidak mampu hidup lebih dari beberapa menit di luar air. Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum.Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O2 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O2. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan O2, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung (Rahardjo, 1990).
          Berdasarkan pengamatan pada ikan cakalang (K. Pelamis) alat pernapasannya terdiri atas tiga bagian yaitu tulang lengkung insang, filamen insang dan tapis insang. Bagian yang berperan dalam pengikatan oksigen dari air adalah filamen insang sehingga filamen insang dilengkapi dengan kapiler-kapiler darah, sesuai pernyataan (Rahardjo, 2011) bahwa insang yang merupakan alat pernafasan utama ikan, adalah tempat oksigen terlarut.
3.    Sistem Pencernaan
            Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melaului cara fisik dan kimia, sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus, kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada ikan Layang (D. russelli) terlihat Sistem Pencernaanya terdiri dari mulut, rongga mulut, faring, esopagus, lambung, pilorus, usus dan anus hal tersebut sesuai dengan pernyataan (Yusnaini, 2011) bahwa saluran pencernaan pada ikan dimulai dari mulut dan berakhir di anus.
            Fungsi penting dari pencernaan yaitu menghancurkan makanan menjadi zat terlarut sehingga makanan tersebut mudah diserap dan kemudian digunakan dalam proses metabolisme. Proses terjadi pencernaan tersebut dipengaruhi dalam dua bentuk yaitu secara fisik yang terjadi dalam rongga mulut dan secara kimiawi yang terjadi dalam lambung dan anus sesuai pernyataan dari Sugeng (1992) yaitu proses pencernaan terjadi dalam dua bentuk, yaitu secara fisik (terutama dalam rongga mulut dan lambung), serta secara kimiawi (terutama dalam lambung dan usus)











V.  PENUTUP
5.1.  Kesimpulan
            Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.      Sistem Urat Daging yang ter1`     dapat pada ikan Cakalang (K. Pelamis) terdiri dari myotome dan myosepta. Otot yang terdapat pada sisi tubuh ikan terbagi menjadi dua yaitu epaxial dan hypaxial.
2.      Sistem Pernafasan pada ikan Cakalng (K. Pelamis) meliputi daun insang, tulang lengkung insang dan tapis insang.
3.      Alat Pencernaan pada ikan Layang (D. Russelli) meliputi : mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, pilorus, usus dan anus.
5.2  Saran
Saran yang dapat kami ajukan pada praktikum ini adalah sebaiknya praktikan lebih serius dalam mempersiapkan peralatan prakteknya sehingga proses praktikum dapat lebih efektif.


           


DAFTAR PUSTAKA


Rahantan, Ali. 2010. Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Layang. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Rahardjo. 1990. Ichthyologi. Institu Pertanian Bogor. Fakultas Perikanan Bogor.
Rahardjo. 2011. Iktiology. Lubuk Agung. Bandung.
Rajab nadia, L. A. 2009. Buku Ajar Ichthyologi. FPIK Universitas Haluoleo.
Saanin, H. 1979. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I dan II. Binacipta. Jakarta.
Sugeng, 1992. Beternak Ikan Di Kolam. Aneka Ilmu. Semarang.
Widyako 1990. Anatomi Ikan. Kurnia Universitas Terbuka. Jakarta.
Yasin, 1990. Biologi Ikan. Aneka Ilmu. Semarang
Yusnaini,dkk. 2011. Penuntun Praktikum Ichtiology. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari.

.